Lihat ke Halaman Asli

Naviz De Vinci

Pembelajar di Universitas Maiyah

Magang Kerja Sosial di Jerman

Diperbarui: 1 Mei 2017   00:10

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ada banyak jalan mencari ilmu. Di dunia yang seolah tiada batas semua orang mampu mewujudkan apa yang ingin diketahuinya dengan media termudah, internet misalnya. Namun kali ini saya tidak ingin membahas tentang salah satu penyebab “Bumi Datar” tersebut. Desember 2016 saya masih berkutat untuk mencari Arbeitstelle (Tempat kerja) guna memperpanjang masa tinggal saya di Jerman. 

Setelah menempuh 500 Km dari kota Frankfurt menuju ke Kota Hamburg untuk Probezeit (Uji coba kerja), akhirnya saya pun di tolak dari posisi tersebut. Memang Probezeit berlangsung dengan baik, saya pun dapat berinteraksi dengan Pasien dan segenap karyawan juga ahli disana, namun karena ternyata ada pendaftar lain sebelum saya, akhirnya diutamakanlah pendaftar pertama tersebut. Tempat lamar kerja di Hamburg itu seperti Rumah Sakit untuk menangani orang-orang dengan kebutuhan khusus dan penyandang cacat.

Waktu terus bergulir. Puluh bahkan ratusan email telah dikirim ke Traeger (penangggung Jawab FSJ) ataupun yayasan atau klinik yang saya minati untuk menjadi tempat kerja saya tahun selanjutnya. Akhirnya dari beberapa email yang masuk ada yang tertarik dengan lamaran kerja saya, karena saya berlatar Psikologi dan tempat yang saya lamar juga merupakan Zentren fuer Psychiatrie, Pusat Psikiatri (mungkin di Indonesia seperti Rumah sakit jiwa) di Wilayah Baden Wurttemberg. Tak selang berapa lama pihak Pflegedirektor (Direktur Perawat) di Rumah sakit tersebut meminta saya  membuat termin (janji) untuk Vorstellunggespraech (Wawancara Kerja).

9 Januari 2017, waktu yang ditentukan pun tiba. Lewat media Skype berlangsunglah wawancara kerja itu. Tentu salah satu penilaian kelayakannya ialah bisa berkomunikasi dengan baik dalam bahasa Jerman. Bagi pemuda pemudi Indonesia pada umumnya yang menempuh kuliah ataupun kerja di Jerman, Bahasa cukup menjadi salah satu tantangan terberat dalam menjalani hidup agar tetap survive di Negeri Der Panzer itu, namun karena kegigihan para pemuda pemudi tersebut seiring waktu bisa diatasi juga dengan baik.

Kembali ke  wawancara, pertanyaan yang dilontarkan pun sama seperti ketika kita melamar kerja di Indonesia. Apa motivasinya? Apa kemampuan yang dikuasai? Sanggupkah dengan pekerjaan yang seperti ini dan lain sebagainya. Akhirnya 30 menit yang sangat menentukan telah usai, dan Pflegedirektor tersebut dengan ringannya mengatakan kamu diterima. Wah padahal belum Probezeit juga, setelah balik ditanya ternyata nanti probezeit akan berlangsung selama 3 bulan awal masa kerja kita. Tak pernah menyangka sebelumnya kalau Magang kerja di Zfp benar-benar menjadi nyata ketika visa sebelumnya sudah akan berakhir.

Dua bulan berselang, sejujurnya saya masih belum tahu akan di tempatkan di Station mana di tempat kerja nanti, karena saya sendiri menyerahkan keputusan tersebut kepada Pflegedirektor. Bagi saya bisa magang disana saja sudah sangat bersyukur. Tempat yang ditawarkan dari Zentren fuer Psychiatrie seperti; Allgemeinepsychiatrie (Psikiatri umum), Psychomatische medizin (Psikomatis),  Alterpsychiatrie (untuk orang-orang tua), Junge und Kinder (Pemuda dan Anak-Anak), Neuropsikiatri, Neurologie, Depressions, Suchterkrankungen (Kecanduan), Rehabilitasi, Epileptologie, dan Forensiche Psychiatrie.

***Bersambung***

#Writingchallenges1

Nafisatul Wakhidah

Zwiefalten, Germany 1 Mei 2017

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline