Sebuah peristiwa yang mengerikan terjadi pada akhir tahun 2019, di Indonesia pandemi ini masuk pada tahun 2022 tepatnya bulan Maret, pada saat itu saya menginjak kelas 9 semester 2, kalian pasti tau betapa sibuknya kelas 9 saat itu say sudah melaksanakan ujian praktek. Saya tinggal melakukan UN yang sudah ada di depan mata saya, saat itu saya udah siap untuk menghadapi UN tetapi pada hari Jumat ada pengumuman adanya libur 2 Minggu, semua orang bersorak-sorak karena libur 2 Minggu, padahal mereka tidak tahu bahwa ini awal dari semua penderitaan
Kemarin sebelum masuknya pandemi ini ke Indonesia saya sempat berbincang dengan teman saya yang bernama Athiya, "att menurut kamu apakah covid ini akan masuk ke Indonesia" saya bertanya pada dia "menurut aku ngga ya soalnya cuaca Indonesia sama di China sangat beda, pada saat covid itu masuk Indonesia mungkin akan langsung mati karena perbedaan cuaca tadi" jawab dia, " iya juga ya " jawab saya sambil memnggukan kepala. Nah sesudah pengumuman libur 2 Minggu itu kita melakukan sekolah daring pada awalnya saya sangat semangat karena melakukan pembelajaran yang berbeda dari biasanya, satu yang di sayangkan pada saat itu tidak dapat bertemu dengan teman - teman kelas. Setelah perpanjaan isolasi di rumah saya sudah merasa bosan karena udah hampir 2 bulan diam di rumah, tapi demi kebaikan orang banyak saya tetap melakukan itu supaya pandemi ini hilang dari negara tercinta ini.
Tidak terasa saya sudah lulus dari SMP saat itu saya bertanya pada teman saya " mau lanjut kemana kalian sekolah" mereka menjawab " SMAN 1 PADALARANG sama SMAN 2 PADALARANG" jawaban mereka dengan sangat antusias. Baru juga kemarin SMP tidak terasa sekarang sudah mau pendaftaran saya daftar di SMA 1 PADALARANG, pada saat pendaftaran saya bertemu dengan teman SMP karena sudah lama tidak berbincang dengan mereka saya merasa canggung dia bertanya " ke SMAN ini juga km?, kirain ngga daftar kesini", " iya ngga jauh juga dari rumah, apalagi sekarang lagi pandemi susah kalo sekolah jauh" jawab saya.
Di SMA ini atau tepatnya di SMAN 1 PADALARANG, saat kelas 10 saya pada saat itu sangat merasa jenuh dengan pembelajaran daring apalagi kalo kita udah niat belajar ehh sinyal nya jelek, nah ini lah salah satu faktor saya menjadi malas belajar apalagi dengan pembelajaran daring, saya tidak dapat menerima pembelajaran pada saat daring apalagi saya suka bermain game pada saat daring saya sering sambil bermain game, ini hal yang sangat tidak boleh di lakukan, pada kelas 10 saya memiliki wali kelas yang bernama Bu Dian Sri Lestari. Dia sangat baik dan selalu mengingatkan bahwa saya masih ada tugas yang tidak selesai karena daring ini saya sangat malas dalam mengerjakan tugas sehingga ada beberapa tugas yang ngga komplit karena itu saya di panggil ke sekolah untuk mengerjakan tugas itu di sekolah, pada saat saya mengerjakan saya di tanya sama Bu Dian " Aufa kamu kenal sama Akbar ngga?", " Kenal Bu" jawab saya, " kemana dia ibu suruh datang ke sekolah kok blm datang ya dia", " ngga tau Bu udah di chat juga ngga bls dia" " iya ibu chat sama telpon ngga di angkat, yaudah lanjut kerjain aja tugasnya" seru Bu Dian. Saat aku pulang dari sekolah ngga sengaja ketemu sama si Akbar yang mau berangkat kesekolah " bar udah di tanyain sama Bu dian tadi di sekolah, kenapa baru berangkat kamu?" Tanya saya " kata Bu Dian di suruh datang jam 11" kata Akbar dengan enjoy nya. Setelah semua tugas selesai akhirnya saya bisa lega dan bersantai di rumah. Pada saat itu saya kepikiran ngga naik kelas, allhamdulilah nya saya naik kelas.
Kelas 11 semester 1 masih di lakukan secara daring saat itu jiwa ini udah sangat bosan dengan daring karena ngga ada ilmu yang di dapat dari sekolah daring, ngga tau emang udah bosen sama daring sama bosen di rumah jadi materi yang di sampaikan guru tidak dapat di terima sama saya. Saat semester 2 ada good news yaitu ada kabar kalo sekolah akan tatap muka, saya sangat bersemangat dan akan memperbaiki cara belajar saya dan mengejar materi materi yang ketinggalan saat sekolah daring, pada saat sekolah tatap muka saya sangat canggung dengan teman-teman baru, untungnya ada yang saya kenal di kelas itu. Dan sekolah pun ngga ada daring sampai sekarang. Sekarang saya kelas dua belas, ngga kerasa udah mau keluar aja padahal baru merasakan asiknya jadi anak SMA.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H