Lihat ke Halaman Asli

Beti.MC

Menulislah Selayaknya Bertutur, Mengalirlah Energi Kebaikan

Prokes Ketat? Tak Bisa Tanpa Pembiasaan

Diperbarui: 28 Juni 2021   17:16

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dokpri

"Mbak, saya taruh sabun di luar saja ya, supaya sebelum masuk ke rumah sudah cuci tangan dan kaki."

Itu inisiatif dari PRTku, ibu yang telah bekerja dengan keluarga kami selama 15 tahun. Hari ini dia yang berinisiatif menaruh botol sabun di teras untuk memudahkan dia membersihkan diri sebelum masuk rumah. Biasanya, dia mencuci tangan dan kaki di kamar mandi belakang saat mengawali rutinitas bekerja. Hal itu aku terapkan sejak beberapa bulan lalu, awalnya agak rikuh mau menerapkan prokes ketat padanya, takut dianggap tidak memberi kepercayaan padanya dalam hal menjaga kebersihan. Aku salut, kini telah tumbuh kesadaran padanya untuk antisipasi virus ini berada di dalam rumah kami.

Memulai kebiasaan baru, menerapkan disiplin dan mengajarkan hal-hal yang penting bukan perkara mudah. Bisa jadi pemikiran masing-masing orang berbeda dalam merespon informasi baru. Aku tahu ada pemberi kerja yang ketat menerapkan prokes bagi PRT yang bekerja dengan sistem pulang hari. Begitu memasuki rumah, hal yang harus dilakukan PRT membersihkan diri alias mandi. Kalau sempat keluar saja dari rumah, hal yang sama dilakukan. Nah, bisa dibayangkan keruwetan itu kan?

Aku tahu kebiasaan PRTku, orangnya tertib, tidak suka berkumpul untuk alasan bergosip ria. Pulang kerja ya pulang tidak mampir dulu. Kalau pagi, rutinitasnya berbelanja dan masak untuk keluarganya, barulah berangkat kerja. Setelah situasi pandemi, kami bersepakat untuk membuat rute perjalanan pagi supaya meminimalkan dia kontak dengan orang lain sebelum tiba di rumah kami.

Tugas berbelanja sudah menjadi tugas kami, aku dan dia. Kalau pagi dia berbelanja sesuai menu yang dirancang sehari sebelumnya. Nah, aku juga berbelanja untuk cadangan, jaga-jaga kalau PRT tidak menemukan bahan makanan yang diperlukan. Jadi, walaupun tidak banyak, ada stok bahan makanan yang bisa diolah sewaktu-waktu. Itu perubahan yang kami terapkan.

Soal kebersihan, mencuci kaki dan tangan wajib dilakukan dan sudah berjalan. Sekarang bagian memakai masker. "Enggap mbak kalau pakai dua masker," katanya saat aku minta mulai dobel masker karena kuatir varian baru mulai berada di lingkungan sekitar. Dia belum mau menerapkan masker ganda. Okelah, aku telah menyiapkan masker medis untuk dipakai selama bekerja di dalam rumah, alih-alih sebagai pengganti masker kain yang biasa dia pakai.

Ajakan untuk menggunakan masker dengan benar selalu kulakukan. Saat masker turun, kadang aku hanya menunjukkan gerakan tangan menggeser/ menaikkan masker, kode untuk dia merapikan maskernya. Ya, sesekali memang aku tegur, "ayo tutupi hidung juga, Yuk, ben aman kabeh." Tak ada maksud menggurui, hanya meminta kesadaran prokes itu tumbuh setelah pandemi ini memasuki tahun kedua. Rasanya tak kurang-kurang anjuran untuk menggunakan masker dengan benar ditayangkan di televisi, terpampang di spanduk dan terus diumumkan di masjid atau rumah ibadah, tetapi mungkin ya kembali pada kesadaran masing-masing, merasa perlu apa tidak?

Kasus positif Covid-19 yang terus meningkat harusnya menjadi alarm bagi kita untuk lebih taat dan menerapkan 3M, 5M bahkan 6M dengan penuh kesadaran. Bukan untuk keamanan orang lain saja, keamanan diri sendiri dan keluarga, itu juga penting! Kita bersama-sama menolong diri kita dan orang lain untuk mencegah penularan dan berusaha agar tak makin banyak korban yang jatih karena keganasan virus ini. Soal keganasan virus ini, aku janji menuliskan di cerita lain deh.

Edisi pencegahan yang lain juga aku lakukan padanya. Karena aku tahu dia punya beberapa keluhan kesehatan, aku terus memantau kondisinya, mengingatkan untuk kontrol secara rutin ke Puskesmas agar nanti kondisinya siap dan fit saat ada program vaksinasi. Nah, gak mudah juga mengajak orang lain untuk ikut vaksinasi lo? Masih banyak yang kontra dan bersikukuh tak memerlukan vaksin karena yakin bisa mengatasi virus ini. Ya gak apa-apa, dicoba saja apa kebal terhadap gempuran virus ini. 

Aku bukan tim medis, bukan juga pro siapa-siapa, tetapi mencoba membuka pikiran dan pandangan bahwa vaksinasi menjadi salah satu jalan untuk memulihkan kondisi kita semua termasuk bangsa ini, itu saja keyakinanku. Soal berita ada kasus orang yang setelah vaksinasi meninggal, kita tunggu hasil investigasinya supaya yakin benar apa yang membuat terjadinya peristiwa itu.  

Masker medis menjadi kebutuhan pokok saat ini. Seorang teman bertanya mengapa aku membeli beberapa kotak masker di awal bulan. Aku membeli masker-masker itu sebagai tanggung jawabku menyiapkan orang-orang yang bekerja untuk kami, memperhatikan orang-orang yang belum menerapkan pemakaian masker dan sebagai cadangan pribadi. Menimbun? Enggalah, itu bukan tabiatku, membeli sesuai kebutuhan saja karena memang ada beberapa orang yang perlu disupport untuk tetap menggunakan masker ini seperti PRT dan keluarganya, supir, pedagang sayur keliling dan orang lain yang kutemui saat perjalanan. Kegiatan menyiapkan masker ini bagian dari edukasi, memberi contoh dan berharap mereka melanjutkan prokes dengan kesadaran sendiri. Masih berjuang nih untuk menerapkan #ayopakaimaskerdenganbenar.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline