Malam ini aku teringat sosok bapak keduaku yang visioner. Mengapa aku sebut visioner? Ya, karena gagasan beliau dulu dianggap tidak penting, tetapi ternyata dalam jangka waktu 10-15 tahun kemudian terbukti benar. Ingin tahu ceritanya?
Aku mengawali kerja di lembaga nonprofit. Sekarang pun masih hanya berbeda pola kerja dan bidang yang kutekuni. Pak Her, nama bapak keduaku, adalah seorang pengurus sebuah lembaga swadaya masyarakat (LSM). Beliau adalah sosok orang tua yang mendidikku sebagai pekerja, termasuk membekaliku sebagai seorang anak.
Beliau sering memintaku mengetik gagasan barunya untuk dijadikan catatan rapat atau bahan pertemuannya. Awalnya aku hanya bertugas mengantar beliau saat tak ada sopir di kantor dan sesekali menjadi asrot (asisten sorot bahan presentasi). Tugas ini sederhana tetapi menyenangkan karena aku selalu mendapat ilmu baru.
Setelah rapat, beliau sering menulis catatan dan coretan yang harus kuketik. Dulu, aku tidak paham tulisan beliau, tetapi lama-kelamaan, aku tahu huruf dan maksud tulisannya. Bahkan, kalau ada teman lain yang kebagian tugas untuk mengetikkan dan tidak bisa membaca tulisannya, kertas itu disodorkan kepadaku untuk dibacakan.
Saking dekatnya kami sampai-sampai Pak Her banyak memberi wejangan saat aku mempersiapkan diri untuk menikah. Maklum saja, sejak awal kuliah dan kemudian bekerja, hari-hariku lebih banyak di Jakarta. Aku hanya pulang kampung saat hari raya. Jadi, interaksiku dengan orang tua malahan lebih sedikit. Beliau memberi masukan tentang membangun hubungan, mengelola keuangan rumah tangga, mengasuh anak, dan mempersiapkan "karier" baruku sebagai seorang perempuan menikah dan kelak memiliki anak.
Masih lekat dalam pikiranku cara beliau mengingatkanku untuk terus memperbarui informasi, mengenal teknologi, membagi peran antara keluarga dan pekerjaan, termasuk mempersiapkan agar aku mampu membuat keputusan sendiri. Semua itu disiapkan agar aku mampu jadi perempuan mandiri. Mengenai pekerjaan, beliau berpesan agar aku bisa membagi konsentrasi pada keluarga dan pekerjaan kantor.Beliau tidak mengharuskan aku berhenti, tetapi tetapi juga tidak memintaku untuk melulu memprioritaskan pekerjaan.
Nasihat untuk kehidupan babak baru dan bekerja jarak jauh itu kudapatkan 15 tahun yang lalu. Saat itu, internet masih sulit dijangkau, belumlah seperti saat ini yang sangat mudah dijangkau dan bahkan jadi kebutuhan setiap saat. Ingatkah saat koneksi internet baru bisa tersambung ketika kabel konektor dicolokkan ke kabel telepon dan berbunyi nyaring yang khas? Anak zaman now pasti tidak kenal momen ini.
Pada zaman itu, beliau telah mempersiapkan aku agar mampu bekerja jarak jauh sehingga tidak meninggalkan keluarga. Beliau tahu kegelisahanku jika harus bertugas luar kota karena setelah menikah dan punya anak, aku punya kehidupan yang berbeda.
Bayangkan, gagasan bekerja jarak jauh (baca: dari rumah saja) telah menjadi ide yang dilontarkan saat itu. Aku saja yang gak ngeh, bahwa ide itu sangat mungkin dilakukan! Bayangan yang telah disampaikan beliau saat itu belum ada dalam pikiranku. Aku masih meraba-raba, pekerjaan apa yang bisa dilakukan dengan pola itu.
Kini, semua orang tahu work from home (WFH) yang menjadi pola baru dalam bekerja selama pandemi. Bekerja dari rumah, memikirkan, dan melakukan tugas-tugas tanpa perlu datang ke kantor adalah hal sekarang umum dilakukan. Jika dulu bekerja identik dengan kantor, kini bekerja bisa dilakukan di mana dan kapan saja. Aku makin sadar bahwa berpikir visioner dipengaruhi oleh perkembangan zaman dan teknologi. Jadi, yang dulu tampak mustahil, kini menjadi sangat mungkin.
Saat aku bertanya tentang bidang pekerjaan bisa dilakukan dari rumah, beliau memberi arahan, "Kamu bisa jadi konsultan, pembuat modul, menuliskan pengalaman, melatih, memberi motivasi, dan apa saja bisa kamu lakukan, termasuk belajar terus sampai tua." Nah, itu jawaban jitu dan benar semua, bukan? Aku telah membuktikan perkataan beliau bahwa peluang bekerja dari rumah makin terbuka lebar bagi perempuan masa kini. Ada banyak bidang pekerjaan yang terbuka untuk dilakoni dan dijadikan karier. Sekarang, tergantung pilihan kita, mau nyemplung di bidang apa.