Lihat ke Halaman Asli

Beti.MC

Menulislah Selayaknya Bertutur, Mengalirlah Energi Kebaikan

Menulislah Selayaknya Kita Bertutur

Diperbarui: 16 April 2021   13:24

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mood dan waktu yang menjadi halangan menulis, jawab Anggun, peserta yang merupakan perwakilan dari Forum Anak Desa Wringintelu, Jember. Respon ini merupakan hasil dari pancingan pemateri, Mas Rino waktu menanyakan apa yang menjadi tantangan saat menulis. Ya, tantangan yang dialami oleh banyak peserta yang bergabung di kelas daring Jurnalisme Warga. Kegiatan yang dirancang untuk memberikan penguatan keterampilan bagi para kader desa Program KESEMPATAN.

Sudah setahun Program KESEMPATAN ini berjalan di NTB dan Jawa Timur, ada banyak informasi yang tersedia di desa-desa dampingan karena kegiatan sudah makin variatif. Pusat kegiatan masyarakat sudah dimulai, sosialisasi tentang pekerjaan berbahaya untuk anak bagi orang tua sudah berjalan, pembahasan peraturan desa juga mulai intens, kisah-kisah pendampingan anak dan keluarga juga menarik disimak. Jadi, sebenarnya, selalu ada cerita baru yang bisa disajikan oleh para kader di desa. Rasa tidak percaya diri bahwa mereka bisa menulis dengan gaya dan pilhan bahasa yang unik, bisa jadi menjadi tantangan selain dua hal yang disebutkan salah satu peserta.

Pemateri kelas Jurnalisme Warga ini, Mas Rino Hayyu Setyo merupakan jurnalis media onlen Kumparan.ID yang meramu teknik menulis dengan cara yang sederhana. Mas Rino menyampaikan bahwa menulis itu perlu dilakukan untuk menjadikan peristiwa-peristiwa yang kita alami menjadi sejarah yang bisa dibaca ulang karena tersimpan dalam media. Berbeda jika kita hanya menyimpan dalam memori otak yang terbatas menerima informasi. Jika tulisan ini diunggah dalam media sosial, sangat mungkin kita mencari dan menemukan jejak tulisan itu.

Keraguan menulis juga disampaikan peserta lainnya, yang mengatakan bagaimana bisa memenuhi unsur menulis yang baik, 5W dan 1 H. Pemateri menyampaikan bahwa rumus itu tidak boleh membuat kekakuan dalam menulis, acuan 5W dan 1 H itu untuk memandu informasi yang akan kita sampaikan, tetapi pilihan kata dan gaya menulis, tetap bisa dipilih sesuai karakter masing-masing. Tanya jawab dengan peserta juga diselingi dengan praktik langsung menulis oleh Mas Rino. Berawal dari tampilan foto kegiatan, Dodi dari NTB menceritakan kegiatan yang dimaksud secara lisan dan pemateri mencoba menuliskan di layar komputer. Hasilnya, tutur atau kisah yang disampaikan peserta, kini tersaji dalam bentuk tulisan yang menarik dan menterjemahkan bahasa lisan dari peserta.

Materi menulis yang baru pertama kali diberikan kepada kader desa mampu menarik minat sampai akhir sesi. Sejumlah 24 orang yang terdiri atas kader dan mitra program bergabung untuk menerima materi dan kobaran semangat dari Mas Rino. Tip-tip praktis menulis, contoh-contoh tulisan dan praktik menulis sudah diberikan pemateri sebagai bekal para kader memulai gerakan menulis.

Selamat memulai Gerakan Jurnalisme Warga, ada banyak kisah dari desa yang bisa menginspirasi kita semua. Salam dari desa. 

(Vbl)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline