Lihat ke Halaman Asli

Bethesda Ulfa Siagian

Mahasiswa Semester 4 di Universitas Negeri Medan

Hari Kelulusan

Diperbarui: 17 April 2024   21:07

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Mentari kali ini sangat indah. Sinarnya memancarkan aura kehangatan di sebuah sekolah yang akan mengadakan pentas seni (pensi). Ajang ini untuk memeriahkan pelepasan murid kelas 9 SMP, tepatnya SMP Negeri 1 Dolok Batunanggar. Tak terasa sudah tiga tahun Chika menuntut ilmu disekolah ini.

Sehari sebelum acara dilaksanakan, Chika sedang sibuk mempersiapkan variasi acara yang akan ditampilkan oleh kelasnya esok. Chika yang dapat bermain alat musik, gitar, serta parasnya yang menawan menjadi primadona pada angkatannya dan membuat banyak lelaki menaruh hati padanya. Namun, banyak hati yang ia tolak demi rasa yang ia pendam pada teman sekelasnya yang memiliki kesamaan bermain musik, cajon, namanya Louis. Sampai suatu ketika, anak laki-laki dari kelas sebelah, Chiko, menyatakan perasaannya sewaktu mereka berlatih.

"Chika, sebenarnya aku suka sama kamu. Ku harap cokelat choki-choki ini kamu terima sebagai bentuk silverqueen. Di samping itu, nama kita juga sepertinya cocok untuk dijadikan couple goals besok", ucap Chiko dengan percaya diri memberikan cokelat.

Serentak isi kelas menjadi riuh karena aksi Chiko tadi. Karena lelucon yang ia sampaikan, Chika tidak menganggap itu sebagai bentuk ketulusan. Ia tidak menerima cokelat itu. Chiko pun keluar dari kelas dengan perasaan bangga, karena berani mengungkapkan isi hatinya pada primadona sekolah ini.

Bel pulang pun berbunyi, semua murid bergegas untuk pulang. Demikian pula Chika beranjak untuk pulang dan ternyata Chiko terlihat sedang menunggu seseorang di pintu gerbang. Chika mendapatkan Chiko menyuarakan bahwa ia berpacaran dengan Chika. Sontak para murid yang melintas terheran dan tidak percaya. Sampailah Chika di gerbang dan ingin berjalan pulang, Chiko pun mengikuti dan berjalan sejajar dengannya. Desas desus para murid membuat Chika marah. Kemudian, ia mendorong Chiko ke dinding pagar sekolah dengan kasar, dan menarik kerah baju Chiko.

"Apasih maksud mu ngatain kita pacaran?! Dengar ya, kau itu ga pantas berada disekitaran ku! Mending kau nyebarin kabar yang bener-bener aja deh," ujar Chika sambil menggenggam kerah baju Chiko.

Karena kesal dengan respons wajah Chiko yang menjengkelkan, Chika bertindak kasar dengan meninju pipi kiri Chiko. Tanpa sadar, ternyata perbuatannya membuat gusi Chiko berdarah. Chika langsung pergi meninggalkan Chiko, tanpa berpaling untuk meminta maaf.

Tibalah hari kelulusan yang sangat dinantikan para murid, tapi tidak dengan Chika. Ia menyakini bahwa hari ini adalah hari terakhir baginya untuk melihat crush-nya. Dengan persiapan yang matang dari kelasnya, bersamaan dengan ia bermain gitar dan Louis bermain cajon, serta teman-teman yang bernyanyi, pensi kali ini dimeriahkan oleh kelas mereka.

Dengan performa yang begitu memuaskan, Chika memberanikan diri menyapa Louis yang sedang istirahat. Sempat tersirat dalam benaknya untuk mengutarakan perasannya, namun ia membungkam mulutnya dibagian itu.

"Oi, Louis. Nih, minuman buat kamu, kelihatannya telapak tanganmu sakit ya, ini terlihat sangat merah", ucap Chika sambil memegang tangan Louis.

"Eh, gapapa loh, udah biasa kok main cajon begini, terima kasih untuk minumannya ya, Chik. Tapi, sebenarnya ada yang mau aku bicarakan sama kamu", kata Louis dengan ragu-ragu.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline