Lihat ke Halaman Asli

Aku Mau Membuat Pengakuan

Diperbarui: 18 Juni 2015   02:18

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebenarnya kemarin saat kita memutuskan untuk berhenti berkomunikasian dulu untuk beberapa saat selama kita masih dipisahkan ruang dan waktu seperti ini, aku merasa sedikit ringan dan seperti hilang bebanku.

Aku yakin aku merasa ringan seperti itu karena aku sadar aku nggak bolak-balik lagi liatin hape dan nungguin kabar dari kamu. Aku nggak harus pusing lagi mikirin kamu dimana, lagi apa, sama siapa. Aku nggak ribet lagi mau tau kamu mikirin aku atau enggak. Dan kemarin itu aku sudah sampai pada kesimpulan bahwa kamu sama sekali nggak merindukanku.
Aku juga berkesimpulan bahwa kamu enggak pernah memikirkanku lagi sejak jarak raga kita sudah jauh seperti ini.

Aku tahu kamu sibuk, aku mahfum dan mencoba bersabar. Sayang, aku bersabar dan aku memang mahfum tapi nyatanya aku nggak bisa bohongin perasaan kangen ku yang menggebu-gebu dan berlebihan ini.
Kamu sibuk. Iya, kamu sibuk. Sangat sangat sibuk sampai lupa kalau ada aku yang selalu nantiin kamu.

Kamu lupa. Lupa sama ku saat kamu ditengah keramaian. Kamu lupa. Lupa sama ku saat kamu ditengah teman-teman dan hobby mu.

Aku jadi menarik kesimpulan lagi bahwa aku enggak ada diduniamu. Kamu seolah seperti menyisihkan dan menyekaku kedunia lain yang enggak kumengerti.

Aku minta berakhir karena rasa sakit dan sesak yang kurasakan. Dan aku enggak ngerti mengapa rasanya bisa sesakit dan sesedih ini. Hampir selalu aku menangis karena terasa ada sakit dan sesak didadaku. Entah dari mana asalnya.

Dan kamu menolak untuk mengakhiri penderitaanku itu.

Aku tahu kamu sibuk, maka ku ambil keputusan itu dan  terasa tinganlah perasaanku selama beberapa saat.

Lantas, aku mulai dirundung rasa bersalah dan rutukan atas dirisendiri. Mengapa aku begitu egois? Mengapa mengambil keputusan sepihak?

Ah, maaf.

Maka dengan hati yakin aku minta maaf padamu dan berjanji pada diri sendiri bahwa aku enggak bakal maksa kabar dari kamu lagi. Kamu bebas ingin seperti apa dan bagaimana karena nyatanya aku yakin aku enggak pernah bisa ngegoyahin kamu. Kamu masih tetap di duniamu tanpa aku. Iya, aku mengerti.
Kamu mau ngabarin atau enggak, sesukamu saja.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline