Change is situational. Transition, on the other hand, is psychological. Unless transition happens, the change won't work, because it doesn't "take". (William Bridges)
Sejak awal membaca pendahuluan buku ini, saya sudah sok tau, merasa 'wah ini saya banget' karena begitu relate-nya. Sangat menarik.
Mulai dari bagian pengantar, Sir William Bridges dengan jelas langsung menggambarkan apa itu transisi. Selama ini kita sering salah kaprah, menyamakan transisi dengan perubahan. Padahal, perubahan itu suatu keniscayaan, sesuatu yang pasti, yang terus terjadi. Sebagaimana dunia yang terus berubah seiring berjalannya waktu dengan berbagai kisahnya, demikian juga kehidupan manusia.
Sementara, transisi adalah kondisi psikologis yang dialami manusia dalam setiap gerak perubahannya.
Selama hidup, kita akan terus berubah. Perubahan fisik mulai dari bayi, remaja, dewasa hingga lansia. Perubahan aktifitas mulai dari masa kanak-kanak yang bebas, kemudian mulai masuk sekolah, memasuki dunia kerja, pernikahan, dan seterusnya. Lebih kecil lagi, di dalam lingkup dunia kerja, misalnya, kita pun akan terus mengalami perubahan, mulai dari masuk masa training, probition,
mengejar jenjang karir, berganti tim, berganti lokasi kantor atau bahkan sesederhana berpindah ruang atau meja kerja hingga masa pensiun kelak pasti membutuhkan penyesuaian.
Dan penyesuaian peran/ aktifitas yang mengiringi perubahan itu biasanya menimbulkan rasa tidak nyaman dulu pada awalnya. Sedikit banyak kerinduan akan fase sebelumnya, kekhawatiran tidak bisa menjalani perubahan tersebut bahkan timbul keinginan untuk 'melarikan diri' karena merasa sangat sulit. Perubahan tidak akan berhasil sebelum keberhasilan dari transisi itu sendiri.
Bagian pertama buku Transisi ini adalah tentang "kebutuhan akan perubahan". Sebagaimana judulnya, bagian ini mengajak kita untuk benar-benar memahami bahwa perubahan itu hal yang pasti dan kita lah yang membutuhkan perubahan itu. Karena manusia bergerak, berkembang, perubahan akan terus terjadi sepanjang usia. Namun transisi mesti berhasil dilalui agar kita bisa melewati perubahan dengan baik.
Pada bagian ini, Sir William Bridges mengajarkan kita, bahwa betapapun kita belajar menghadapi perubahan baru, pengakhiran tetaplah fase pertama dari transisi. Fase kedua adalah periode kehilangan dan kekosongan, sebelum mendapatkan pola kehidupan dan arah yang jelas. Fase ketiga adalah fase permulaan yang baru (hal 23)
Fase pertama transisi adalah sebuah pengakhiran. Kita harus siap menanggalkan identitas lama dan menerima 'kehilangan' itu sebagai realitas. Saya mengambil contoh kisah saya sendiri, saat ayah saya meninggal dunia, rasanya seperti kebingungan sendiri dalam waktu cukup lama.