Lihat ke Halaman Asli

Kesombongan yang Begitu Besar

Diperbarui: 26 Juni 2015   10:47

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Ekspresi wajahnya tampak aneh, jelas terlihat kaget, geli, penasaran dan sedikit cemas.

" tapi..kamu lolos kan bro? " tanyanya dengan nada cemas.

Lelaki bertubuh gempal itu sahabat lamaku, tingginya 160 cm, bobot tubuhnya berkisar 85 kg, rambutnya ikal terurai hampir sebahu, berkulit lebih mirip hitam dibandingkan sawo matang, bentuk wajah yang bulat dengan tulang pipi yang kokoh membuat Ia tampak lembih garang dari yang sebenarnya, tatapan matanya selalu tajam dan polos meski sedang kegelian mungkin ketulusannya dalam berteman yang membuat Tuhan memberi anugerah mata seperti itu. Udin, orang-orang biasa memanggilnya dengan nama itu.

" Hei bro...tapi kamu lolos kan ? " tanyanya ulang dengan nada yang lebih keras dari sebelumnya.

" Secara teknis iya " jawabku singkat

" Saya tidak faham bro " desak Udin.

Saya memahami jelas kecemasannya, peristiwa yang beberapa waktu yang lalu yang dengan sengaja saya lakoni terlalu beresiko untuk orang seperti saya, orang-orang yang berada pada traktat terendah dalam hirarki keimanan dan keyakinan pada Tuhan.

Lakon itu sengaja saya lakukan dengan maksud tertentu, yang oleh banyak ahli agama akan disalahkan setidaknya saya akan dianggap pendosa besar.

Beberapa waktu lalu...(hari, tanggal dan tempat sengaja tidak disebutkan karena bisa jadi fiktif ), kutemukan diriku di sebuah club hiburan malam, tepat didepan 16 botol minuman keras yang sudah kosong. Wajarlah prilaku tidak terkontrol lagi karena fantasi-fantasi liar yang mendominasi. Alkohol selalu saja mujarab untuk melumpuhkan akal fikiran para penggemarnya setidaknya selama beberapa menit.

Sontak seluruh ruangan jadi begitu indah dalam pandanganku, terlebih para "pramusaji wanitanya".

Wanita itu bernama Fanny, entah nama asli atau palsu bagiku sudah tidak penting lagi, karena entah bagaimana prosesnya kami sudah berduaan dalam satu kamar yang terhias bak kamar pengantin. Gadis itu berparas cantik, bertubuh langsing dan padat, tingginya berkisar 170 cm, berat 65, berkulit putih bersih, dengan rambut hitam lurus dibiarkan terurai, ujung-unjung rambutnya sebagian menempel ketat dibahu dan tubuh bagian depan karena butiran-butiran kecil keringannya yang sesekali mematulkan cahaya lampu yang agak redup.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline