Lihat ke Halaman Asli

Pil Lupa

Diperbarui: 27 Juni 2020   22:05

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Ini tahun tahun 2050 di masa depan, tahun-tahun berlalu dengan begitu saja. Kehidupan berubah drastis dan mengalami percepatan yang luar biasa. Dunia mengalami goncangan hebat dengan kemajuan revolusi industri. Mahesa sedang menghadiri sebuah perhelatan dengan kehadiran para pembesar dari negara-negara yang berbeda. 

Perdana menteri dari negeri senja baru saja memaparkan keberhasilannya menaklukan dan mengakuisisi beberapa perusahaan dunia sementara wakil preseden dari negeri antah berantah memamerkan temua baru negaranya yaitu semua sistem bekerja menggunakan sistem robotik. Tidak hanya itu presiden perempuan pertama dari negeri kesunyian pun hadir. 

Semua mata terhenyak karena selama ini sang presiden tak pernah ikut hadir dalam pertemuan apapun, konon katanya ia lebih  banyak bersembunyi di bilik kamar daripada bertemu dengan manusia, segala hal urusan pemerintahan dia percayakan kepada wakilnya. Desas-desus yang beredar bahwa ia benci manusia. Hal langka ketika ia tiba-tiba hadir dengan cara anggun berdiri di podium dengan pidato singkatnya.

            “Kami berhasil menciptakan pil lupa” ujarnya singkat.

Semua peserta konferensi saling pandang dan berdecak hebat dan kagum, sebagiannya lagi memandang sinis, tak percaya, dan sedikit cemas. Ruang konferensi yang hening tiba-tiba gaduh. Ibu-ibu pejabat yang sosialita mulai berbisik-bisik, khawatir, cemas, kalau tiba-tiba suaminya lupa kalau sudah memiliki istri dan tiba-tiba mencari perempuan lagi untuk dijadikan istri.

            “Lah, bagaimana jeng kalau tiba-tiba suami-suami kita meminum pil lupa itu? Ujar ibu pejabat 1

            “Aku harus banyak ke salon, jangan sampai suamiku berpaling” imbuh ibu pejabat 2.

            “ Tidak bisa begitu, pokoknya kita harus mencari cara agar pil-pil lupa itu tidak beredar” ujar ibu pejabat yang postur tubuhnya lebih mirip ayam potong. Si presiden cantik berusaha menenangkan.

            “ Para hadirin diharapkan tenang” suaranya bergema memenuhi ruangan yang kedap suara itu, keras, berwibawa dan tetap lembut dan anggun. 

            “Pil lupa yang kami ciptakan hanya akan cocok dengan lidah orang-orang yang….” suaranya terpotong ketika dia jatuh secara tiba-tiba di podium. Seisi ruangan kembali riuh. Sibuk dengan gawaynya masing-masing menelpon sana-sini meminta bantuan tanpa ada yang berusaha mendekat ke podium untuk menolong, para wartawan saling berebut untuk mengabadikan gambar, orang-orang ramai dengan postingannya di medsosnya masing-masing. Melihat keriuhan itu Mahesa tidak tahan, dia kemudian beranjak dari kursinya menembus kerumunan menuju podium, tempat presiden cantik itu pingsan. Semua orang berdecak kagum melihat keberanian Mahesa. Sampai di podium Mahesa mendekatkan dirinya, lebih tepatnya mendekatkan bibirnya untuk memberikan nafas buatan untuk si presiden, bibir mereka menyatu. Belum sempat Mahesa melepaskan bibirnya ketika tiba-tiba si presiden bangun dan mendaratkan tamparan keras di pipi Mahesa.

            “Apa yang kamu lakukan??Beraninya kau menyentuhku” Nadanya penuh emosi dan amarah. Mahesa hanya tersenyum sambil memegang pipinya.

            “Entahlah… saya lupa”

***

           




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline