Lihat ke Halaman Asli

Berty Sinaulan

TERVERIFIKASI

Penulis, Pewarta, Pelatih Pembina Pramuka, Arkeolog

Jambore Dunia yang Diselamatkan Topan Khanun

Diperbarui: 23 November 2024   21:17

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Buku "Jambore Dunia yang Diselamatkan Topan Khanun". (Foto: koleksi pribadi)

Setelah tertunda cukup lama, akhirnya naskah buku "Jambore Dunia yang Diselamatkan Topan Khanun" dapat juga diterbitkan. Buku tersebut beredar pada pertengahan November 2024 melalui penerbit Kosa Kata Kita dengan ISBN 978-623-815-59-5. Isinya menceritakan pengalaman kontingen Gerakan Pramuka dari Indonesia ketika mengikuti Jambore Kepanduan Sedunia ke-25 yang diselenggarakan di Sae Man Geum, Korea Selatan, pada 1 sampai 12 Agustus 2023.

Acara tersebut memang sudah lebih dari setahun berlalu. Penyusunan naskah bukunya sendiri sudah selesai akhir 2023, dan telah disusun tata letaknya pada awal 2024. Namun, karena sejumlah kendala, naskah tersebut cukup lama terendapkan. 

Belakangan, buku tersebut diterbitkan juga setelah mendapatkan kata sambutan dari Bapak Gandi Sulistiyanto yang pada saat jambore itu berlangsung menjabat sebagai Dutabesar Luarbiasa Berkuasa Penuh Republik Indonesia untuk Republik Korea yang lebih dikenal dengan sebutan Korea Selatan.

Buku setebal 191 halaman ditulis oleh Kak Berthold Sinaulan, yang saat itu merupakan Wakil Ketua/Ketua Komisi Kehumasan dan Informatika Kwartir Nasional Gerakan Pramuka masa bakti 2018-2023. 

Di dalam kontingen Gerakan Pramuka yang berangkat ke jambore dunia itu, Kak Berthold menjadi Wakil Ketua II dan sekaligus Ketua Seksi Humas dan Pameran. Sementara Ketua Kontingen dijabat oleh Kak Mayjen TNI Mar (Purn) Yuniar Ludfi, dan Wakil Ketua I adalah Kak Ahmad Rusdi.

Selain sebagai penulis utama, Kak Berthold juga menjadi penyunting naskah buku itu. Sementara, masih ada sejumlah penulis lainnya dari anggota kontingen Gerakan Pramuka. Masing-masing menuliskan kenangannya selama mengikuti jambore tersebut.

Kak Ozty Wulandari (kanan), yang ikut menulis dalam buku Jambore Dunia tersebut, bersama Ketua Kwarda Sumut, Kak Nurdin Lubis. (Foto: Kwarda Sumut)

Judul buku itu dipilih karena kehadiran Topan Khanun, sebenarnya sesuatu yang secara tidak sengaja membantu menyelamatkan jambore itu. Sebelum itu, banyak komplain peserta terutama karena masalah cuaca amat panas yang menerjang arena jambore -- dan terkadang bisa mencapai 38 bahkan 40 derajat Celcius -- di tanah reklamasi tepi pantai tanpa pepohonan sedikit pun. 

Ditambah lagi sanitasi yang buruk pada tiga hari pertama, dan makanan yang dirasakan kurang cocok.

Sejumlah kontingen akhirnya memutuskan meninggalkan arena jambore. Ada yang menarik keseluruhan anggota kontingen, ada yang menarik sebagian, terutama para peserta yang berusia 14 sampai 17 tahun. Mereka kemudian pindah ke hotel atau penginapan lainnya. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline