Lihat ke Halaman Asli

Berty Sinaulan

TERVERIFIKASI

Penulis, Pewarta, Pelatih Pembina Pramuka, Arkeolog

Menjaga Kehormatan

Diperbarui: 24 Maret 2023   17:13

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Buku Arsip Agustus ISBN 978-623-8156-05-4 (Koleksi Pribadi)

Menjaga kehormatan memang bukan sekadar ucapan saja, tetapi harus diwujudkan dalam perilaku sehari-hari. Setiap orang harus mampu menjaga kehormatan masing-masing melalui tindak tanduk setiap saat, baik dalam perkataan maupun perbuatannya. Apalagi bila dalam dunia bisnis, menjaga kehormatan mutlak diperlukan. Seorang pengusaha yang tak dapat menjaga kehormatannya, dapat dipastikan bisnisnya tak bakal berjalan lancar, bahkan mungkin berhenti di tengah jalan.

Semua yang dituliskan di atas bukan sekadar catatan tanpa makna, tetapi berdasarkan pengalaman yang dialami. Sebagai konsumen, setiap kali berhubungan dengan pelaku usaha, maka yang bakal menentukan apakah sang konsumen akan lanjut bertransaksi dengan pelaku usaha itu, adalah bagaimana si pelaku usaha dapat menjaga kehormatannya.

Lalu, apa yang dimaksud dengan menjaga kehormatan bagi seorang pelaku usaha dalam menjalankan bisnisnya? Pertama dan terutama adalah kejujuran. Hal ini menyangkut produk atau jasa yang ditawarkan pelaku usaha itu. Misalnya, sang pelaku usaha menjual dompet dari kulit imitasi, maka haruslah jujur mengatakan bahwa produknya itu terbuat dari kulit imitasi, bukan mengaku-ngaku sebagai produk dari kulit asli.

Demikian pula seorang pelaku usaha yang menawarkan jasa mereparasi atau membetulkan mesin, katakanlah memperbaiki mobil atau perangkat komputer. Dia juga harus dengan terbuka mengatakan berapa hari yang dijanjikan untuk menyelesaikan perbaikan itu. Bukan membohongi dengan mengatakan bahwa hanya perlu sehari untuk membetulkan, padahal dia sendri tahu kalau untuk memperbaiki seperti itu perlu paling sedikit waktu tiga hari untuk mengerjakan perbaikannya.

Lalu bagaimana kalau sudah mengatakan bahwa akan selesai tiga hari, ternyata tidak dapat dipenuhi, karena sesuatu hal seperti ada bagian mesin yang membutuhkan waktu lebih lama perbaikannya? Ini juga harus jujur dikatakan. Hubungi konsumen sesegera mungkin dan berikan penjelasan bahwa perbaikan terpaksa memakan waktu lebih lama dari yang direncanakan. Namun si pelaku usaha juga harus jujur, jangan karena ingin mendahulukan untuk memperbaiki barang dari konsumen lain yang datang belakangan, malah membuat konsumen yang sudah lebih dulu tiba jadi di-belakang-kan.

Selain kejujuran, yang tak kalah penting adalah komitmen untuk memberikan yang terbaik bagi konsumen. Misalnya, seorang konsumen memesan membuat grafir nama pada pulpen yang dibelinya, maka pengerjaan grafir itu juga harus dilakukan sebaik mungkin, sesuai contoh yang diperlihatkan kepada konsumen. Jangan dikerjakan asal-asalan, karena ingin cepat selesai saja.

Perbaikan buku dengan mencantumkan foto sampul milik Kwartir Nasional Gerakan Pramuka (Koleksi Pribadi)

Terkait komitmen itu, ada pengalaman pribadi baru-baru ini ketika menerbitkan naskah buku berjudul "Arsip Agustus". Ini bukan pertama kalinya saya menerbitkan buku secara indie. Namun, saya segera tertarik begitu datang tawaran dari Adi Sumarna yang saya sebut dengan panggilan Coach Adi, karena sesama professional trainer yang tergabung sebuah ikatan intruktur bersertifikasi Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP). Selain sebagai trainer, Coach Adi juga mempunyai usaha penerbitan Pustaka Amma Alamia yang beralamat di kawasan Bogor, Jawa Barat.

Ketertarikan saya adalah karena Coach Adi menjanjikan untuk membantu menerbitkan buku dengan ISBN (International Standard Book Number), yang sekarang tidak terlalu mudah didapatkan setelah Perpustakaan Nasional RI sebagai lembaga di Indonesia yang berwewenang mengeluarkan nomor ISBN itu memperketat pemberiannya.

Maka saya segera mengirimkan naskah buku untuk diterbitkan melalui penerbitan Coach Adi tersebut. Setelah melalui proses yang cukup memakan waktu, akhirnya nomor ISBN diperoleh dan buku diterbitkan. Saya mengharapkan agar buku dapat diterima sebelum 22 Februari 2023 yang merupakan Hari Baden-Powell, Bapak Pandu/Pramuka Sedunia, karena naskah buku itu banyak memuat catatan saya terkait dengan kepramukaan.

Sayangnya, sampai 14 Februari 2023, belum juga saya terima hasil penataan letak yang harus saya lihat sebelum dicetak. Bisa jadi juga karena Coach Adi sibuk, dan pegawainya lupa memberitahu beliau. Baru sehari kemudian, hasil penataan letak itu saya terima melalui WA. Saya hanya melihat sekilas, karena saya masih berharap bisa terbit pada sebelum 22 Februari 2023. Rencananya, buku itu akan saya bawa juga ke pertemuan Pramuka Asia-Pasifik di Maldives yang berlangsung 21 sampai 26 Februari 2023.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline