Sebagai organisasi pendidikan kepanduan/kepramukaan. Gerakan Pramuka sudah lama selalu dekat dengan alam. Sebagian besar kegiatan-kegiatannya dilakukan di alam terbuka. Mencintai alam adalah bagian dari pendidikan kepramukaan. Bahkan dalam Anggaran Dasar organisasi tersebut secara jelas disebutkan bahwa Gerakan Pramuka antara lain bertujuan membentuk setiap Pramuka "...memiliki kepedulian terhadap sesama hidup dan alam lingkungan". Kini, di saat musim banjir tiba, Pramuka juga diingatkan dengan pendidikan mengantisipasi banjir yang dilakukan sejak dini.
Betul, pendidikan mengantisipasi banjir telah dilakukan Pramuka sejak usia dini, mulai dari golongan Pramuka Siaga (7-10 tahun). Seperti kita ketahui, sedikitnya ada lima hal yang dapat membantu meminimalisir banjir. Mulai dari tidak membuang sampah secara sembarangan, sering membersihkan saluran air, membuat biopori dan sumur resapan, menanam pohon dan ikut serta dalam penghijauan kembali kawasan yang gersang dan gundul.
Para Pramuka Siaga sudah dididik mengenai hal inii. Lagu anak-anak "Keranjang Sampah" ciptaan Pak Kasur, sering dipakai dalam permainan Siaga. Anak-anak diajarkan untuk tidak membuang sampah sembarangan, namun harus dimasukkan ke dalam keranjang sampah.
Membersihkan saluran air di sekitar rumah dan Gugusdepan yang berpangkalan di sekolah atau di tempat lain, juga diajarkan kepada Pramuka Siaga. Untuk golongan yang lebih dewasa, misalnya Pramuka Penggalang (11-15 tahun), apalagi untuk Pramuka Penegak (16-20 tahun) dan Pramuka Pandega (21-25 tahun), membersihkan saluran air ini termasuk membersihkan talang dan atap rumah, agar saluran tidak tersumbat.
Membuat biopori dan sumur resapan juga dididik kepada para Pramuka. Apalagi dapat dilakukan dengan peralatan sederhana dan cara yang mudah. Tentu juga yang dididik kepada para Pramuka agar mengingatkan "orang rumah" untuk tidak menyemen atau mengaspal seluruh permukaan halaman. Biarkan sebagian halaman tetap merupakan halaman tanah yang dapat ditanami rumput dan pohon-pohon seperlunya.
Menanam pohon di sekitar rumah memang menjadi penting dalam upaya mengurangi bahaya banjir. Pohon yang ada dapat membantu tanah menyerap lebih cepat air hujan yang datang. Bagi para Pramuka, bukan sekadar menanam pohon, tetapi diusahakan menanam pohon dan tanaman berguna. Misalnya tanaman obat untuk keluarga, yang bisa langsung dimanfaatkan oleh keluarga sendiri.
Bila sudah menanam pohon di sekitar rumah, saatnya bagi para Pramuka juga ikut serta penghijauan kembali. Menanam di area yang gersang dan gundul, atau tempat lain untuk memperkuat struktur tanah sehingga tidak mudah longsor saat hujan deras yang biasanya diikuti dengan banjir.
Saat dan Sesudah Banjir
Selain melakukan antisipasi untuk mengurangi bahaya banjir, para Pramuka juga dididik dalam upaya saat terjadi dan sesudah banjir melanda suatu daerah. Pramuka yang selalu siap menolong sebagaimana dinyatakan dalam kode kehormatan Pramuka, telah dididik dalam latihan-latihan pertolongan. Terutama bagi para Pramuka Penegak dan Pandega, yang diarahkan oleh para Pembina Pramuka mereka, di banyak tempat telah dibentuk Satuan Tugas Pramuka Peduli, Brigade Penolong, dan sejenisnya. Satuan-satuan tersebut telah dibekali latihan search and rescue (SAR) untuk melakukan pertolongan pada saat terjadinya bencana banjir.
Sesudah banjir pun, para Pramuka tetap turun tangan. Berbakti membantu membersihkan area yang kebanjiran, serta membantu di sejumlah Posko Pengungsi Banjir. Misalnya membantu dalam mempersiapkan makanan di dapur umum, mengumpulkan dan membagi donasi dalam bentuk pakaian layak pakai, obat-obatan dan sebagainya.
Dalam Dasa Darma Pramuka, khususnya darma kedua disebutkan bahwa Pramuka itu "Cinta alam dan kasih sayang sesama manusia", sedangkan dalam darma keempat disebutkan "rela menolong dan tabah". Ini tentu menjadi bagian pula dari gerak langkah para Pramuka dalam mengantisipasi banjir. Dimulai dari sebelum, saat, dan sesudah banjir.