Lihat ke Halaman Asli

Berty Sinaulan

TERVERIFIKASI

Penulis, Pewarta, Pelatih Pembina Pramuka, Arkeolog

Antara Chairil Anwar dan Sapardi Djoko Damono

Diperbarui: 19 Juli 2020   11:49

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Chairil Anwar (kiri) dan Sapardi Djoko Damono. (Foto: diolah dari tirto.id dan basabasi.co)

Minggu pagi ini, 19 Juli 2020, dunia sastra Indonesia dihentak dengan berita duka. Salah satu sastrawan Indonesia terkemuka, Sapardi Djoko Damono, telah berpulang. 

Banyak orang langsung teringat puisinya yang terkenal, Hujan di Bulan Juni. Nyatanya, hujan air mata para penikmat sastra Indonesia tumpah di bulan Juli 2020, mengiringi kepergian Sapardi Djoko Damono.

Bagi saya pribadi, langsung teringat pada sastrawan besar Indonesia lainnya, Chairil Anwar. Penyair kenamaan angkatan '45 itu dilahirkan pada bulan Juli, tepatnya 26 Juli 1922 di Medan, Sumatera Utara. 

Namun berbeda dengan Sapardi Djoko Damono yang tutup usia di umur cukup lanjut, pada usia 80 tahun, Chairil Anwar meninggal dunia di umur yang terbilang masih muda, pada usia 26 tahun. Apa pun perbedaan itu, keduanya telah menorehkan "tinta emas" dalam dunia sastra Indonesia.

Masih bagi saya pribadi, kedua sosok itu mengingatkan pada satu puisi yang saya tulis pada 2017 dan telah dibukukan dalam antologi puisi Kubayangkan Chairil Anwar

Antologi puisi yang diterbitkan oleh Nulisbuku dengan ISBN 978-602-6598-13-4 setebal vi + 104 halaman itu, memuat berbagai puisi yang terkait dengan ketokohan Chairil Anwar. 

Namun di dalamnya, beberapa kali nama Sapardi Djoko Damono disebut. Termasuk dalam puisi berjudul Kubayangkan Chairil Anwar Sekali Lagi. Berikut adalah puisi tersebut selengkapnya:

KUBAYANGKAN CHAIRIL ANWAR SEKALI LAGI

Kubayangkan Chairil Anwar lagi
masih hidup jelang usia ke-95
datang dia ke acara 77 tahun
penyair Sapardi Djoko Damono
yang digelar di Bentara Budaya Jakarta.

Datang Chairil dengan kursi roda
didorong perawat lansia seragam lengkap
pakai jas keren dan sepatu mahal
tak kekurangan dia, royalti karyanya
cukup sudah menghidupi dirinya.

Chairil pun didaulat beri sambutan
saat Sapardi luncurkan tujuh buku
dan dia mengacungkan jempol
membilang senang pada Sapardi
membilang riang pada semua
usahanya tak sia-sia,
karyanya yang melabrak tradisi
telah jadi pembuka jalan
bagi penyair-penyair selanjutnya
berkarya tanpa henti
dari tahun ke tahun.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline