Lihat ke Halaman Asli

Berty Sinaulan

TERVERIFIKASI

Penulis, Pewarta, Pelatih Pembina Pramuka, Arkeolog

Kupon-kupon Bekas yang Jadi Koleksi Bersejarah

Diperbarui: 7 Mei 2020   13:03

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sejumlah kupon bekas bersejarah. (Foto: BDHS)

Para filatelis (kolektor prangko dan benda pos lainnya) serta numismatis (kolektor uang kertas dan sejenisnya), juga banyak yang senang mengoleksi kertas-kertas bersejarah lainnya.

Koleksi kertas-kertas bersejarah semacam itu dikenal dengan istilah "efemera" (ephemera) dan kini semakin banyak yang menyukainya, di samping tak terlalu banyak memakan tempat untuk menyimpannya, juga karena kertas-kertas itu sebenarnya merupakan bukti sejarah yang cukup penting.

Koleksi efemera sangat beragam. Mulai dari poster, kuitansi, lembar partitur musik, kertas catatan, kupon, kartu undangan, lembar petisi, kertas jadwal perjalanan moda transportasi (kereta api, bus, kapal laut, pesawat terbang), tiket-tiket perjalanan, menu makanan, kartu-kartu nama (khususnya dari orang-orang terkenal), dan banyak lagi.

Seperti telah disebutkan, kupon-kupon juga merupakan koleksi efemera yang banyak diminati. Kupon yang dimaksud bisa mulai dari kupon pembagian makanan, kupon pembayaran iuran, kupon bazaat, kupon undian, dan sebagainya.

Walaupun terlihat sederhana, kupon undian misalnya, menyimpan banyak bukti sejarah. Misalnya tentang keberadaan suatu organisasi yang menyelenggarakan undian, harga selembar kupon undian, sama harga barang yang dijadikan hadiah. 

Kita misalnya dapat melihat dari salah satu kupon undian, bahwa harga sepeda (jengki) pada tahun 1970 adalah senilai Rp 11.000. Harga sepeda sejenis saat ini -- walau tentunya saja berbeda merk dan tahun produksinya -- adalah sekitar Rp 1.100.000 sampai di atas Rp 2 juta. Berarti selama 50 tahun, dari 1970 sampai 2020, terjadi kenaikan seratus kali lipat harga barang!.

Kupon iuran Kosgoro yang ditandatangani oleh Mas Isman sebagai Ketua Umum PPK Kosgoro. (Foto: BDHS)

Menarik juga ditemukan kembali kupon iuran anggota Kosgoro (Kesatuan Organisasi Serbaguna Gotong Royong). Kosgoro merupakan salah satu organisasi yang ikut melahirkan Golongan Karya (Golkar). Dalam kupon iuran bulanan November 1968 tersebut, kupon iuran sebesar Rp 25 itu ditandatangani oleh Bendahara Pimpinan Pusat Kolektif Kosgoro S. Fatimah dan Ketua Umum Mas Isman.

Meski pun tandatangan yang dibubuhkan dalam kupon iuran itu adalah tandatangan cetak, namun tetap merupakan kertas atau koleksi efemera yang bersejarah. Apalagi Mas Isman telah dikukuhkan Pemerintah RI sebagai salah satu Pahlawan Nasional.

Mas Isman yang terakhir berpangkat Mayor Jenderal TNI (Purn) lahir di Bondowoso, Jawa Timur, pada 1 Januari 1924 dan meninggal di Surabaya, pada 12 Desember 1982. 

Beliau adalah seorang pejuang kemerdekaan dan telah diangkat sebagai Pahlawan Nasional Indonesia oleh Presiden Joko Widodo pada tanggal 5 November 2015. Beliau juga merupakan ayah dari Hayono Isman, Menteri Pemuda dan Olahraga periode 1993-1998.

Koleksi efemera yang ditampilkan di sini memang masih sedikit sekali dan juga mungkin masih terbilang "sederhana" dibandingkan koleksi efemera milik para kolektor terkenal, namun paling tidak ini bisa menjadi "ajakan" bagi pembaca.

Siapa tahu ada juga yang tertarik untuk menjadi kolektor efemera, dengan mengumpulkan kertas-kertas bersejarah yang ada di rumah atau lokasi tempat tinggal masing-masing. Suatu saat pasti berharga dan bernilai sejarah.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline