Bertepatan dengan Hari Museum Internasional 18 Mei 2019, Kelompok Pemerhati Budaya dan Museum Indonesia (KPBMI) menerbitkan antologi puisi karya 50 penyair dari berbagai daerah di Indonesia yang isinya terkait tema kepurbakalaan, sejarah, dan budaya, yang termasuk tentu saja museum di dalamnya. Antologi puisi tersebut berjudul Dari Balik Batu-baru Candi diterbitkan setebal xiii + 164 halaman.
Antologi puisi dengan ISBN 978-602-6598-64-6 tersebut dilengkapi dengan kata sambutan Direktur Jenderal (Dirjen) Kebudayaan, Dr. Hilmar Farid. Dalam sambutannya, Dirjen Kebudayaan mengungkapkan antara lain, "Antologi puisi ini merupakan respon 50 penyair atas tema kepurbakalaan, sejarah, dan budaya tradisional. Tema-tema di atas sesungguhnya adalah tema penting di dalam pemajuan kebudayaan kita. Dengan merespon tema-tema tersebut dalam wujud puisi, buku antologi ini secara tidak langsung sudah menjalankan upaya Pemajuan Kebudayaan yakni melalui poin Pemanfaatan".
Hilmar Farid menambahkan, "Para penyair ini telah memanfaatkan Obyek Pemajuan Kebudayaan tertentu untuk mengkreasikannya dalam bentuk baru, yakni puisi. Dengan puisi-puisi ini, kita berharap para pembaca dari kalangan generasi muda bisa lebih mencintai dunia kepurbakalaan, sejarah, dan budaya tradisional".
Pihak KPBMI akan mulai mendistribusikan antologi puisi tersebut pada 20 Mei 2019, bertepatan dengan Hari Kebangkitan Nasional. Ketua KPBMI, Dhanu Wibowo, dan Koordinator Penerbitan Antologi Puisi, Sri Trisna Dewi Hartati, akan mendistribusikan antologi puisi yang disunting oleh Berthold Sinaulan dan Fajar M. Rivai tersebut.
Sebenarnya, antologi puisi telah direncanakan sejak tahun lalu, namun beberapa kendala menyebabkan baru dapat diterbitkan sekarang. Itulah sebabnya, dalam epilog antologi puisi, para penyunting memohon maaf terutama kepada para penyair yang telah mengirimkan puisinya dan lulus seleksi masuk ke dalam antologi tersebut.
Ke-50 penyair yang puisinya masuk ke dalam antologi puisi itu -- ada yang satu puisi, tetapi ada juga penyair yang puisinya dipilih dan diterbitkan lebih dari satu -- adalah Akhmad Asy'ari, Aleeyahsaid, Anna Maria Fitri Yuniarti, Arfian Rizky Pratama, Ariffin Noor Hasby, dan Asyhadi Mufsi Sadzali. Lalu, Bambang Widiatmoko, Daru Sima S, Dewi Trisna, Dian Hartati, Dimas Jurisma Farhan, Djoe Taufik, Edrida Pulungan, dan Eka Wijayanti.
Penyair lainnya yang karyanya ada dalam antologi puisi ini adalah Fajar Muhammad Rivai, Fina Ahriani, Hari Untoro Drajat, Hasmidi, Heni Hendrayani, Herry Trunajaya BS, Heti Palestina Yunani, Iman Sembada, dan Irvan Mulyadie. Selanjutnya, Jingga Kelana Putra Santi Aji, Judi Wahjudin, Kristina Sirait, Lia Nathalia, M. Shafwy HS, Maria Estri Wahyuningsih, Mery Kathryn Panjaitan, Muhammad Irham, Muhammad Satok Yusuf, Mutia Nasution, Niken Bayu Argaheni, dan Nurhalimah.
Penyair lainnya termasuk Nunus Supardi, Raden Rita Maimunah, Rizki Andika, Salman Yoga S, Sindy, Sri Wahyuni, Sri Wahyuni Utami, Sultan Musa, Suyadi San dan Syafri Arifudin. Berikutnya adalah Titin Triana, Tsi Taura, Vitalis Goo, Wahyu Kris AW, dan Yose Rizal Triarto.
Penerbitan antologi puisi ini menandai satu lagi upaya KPBMI untuk menyebarluaskan literasi dalam bidang seni budaya dan permuseuman. Sebelumnya, KPBMI telah menerbitkan dua komik untuk anak dan remaja tentang cagar budaya dan museum, serta satu buku pengetahuan populer tentang prasasti.
Di usianya yang baru dua tahun, KPBMI telah cukup banyak menyelenggarakan aktivitas, mulai dari sinau (belajar) tentang prasasti dan bahasa kuno, blusukan ke tempat-tempat bersejarah, dan banyak lagi. Termasuk membantu para pemandu museum untuk mendapatkan tambahan pengetahuan dan wawasan yang dapat dimanfaatkan dalam kegiatan mereka.