Setiap awal Juni, ada sejumlah tokoh nasional Indonesia yang berulang tahun. Kita mungkin sudah banyak tahu, dua Presiden RI lahir di awal Juni. Soekarno (Sukarno) atau dikenal juga sebagai Bung Karno, Presiden pertama RI dilahirkan pada 6 Juni 1901. Sedangkan Presiden kedua RI, Soeharto dilahirkan pada 8 Juni 1921.
Tapi bukan hanya mereka berdua yang lahir di awal Juni. Ada satu lagi tokoh dan pahlawan nasional yang lahir pada awal Juni. Dia adalah Pattimura, pahlawan nasional asal Maluku, yang lahir pada 8 Juni 1783. Pattimura atau lengkapnya Kapitan Pattimura sebenarnya mempunyai nama asli atau nama lain Thomas Matulessy.
Untuk memperingati ulang tahun Pattimura itu, saya membuat kartu pos peringatan yang hanya dicetak 24 lembar. Tidak ada arti apa-apa dengan pemilihan angka 24 lembar itu, kecuali memang selembar kertas ukuran A3 dapat dicetak menjadi 8 lembar kartu pos, dan karena saya mencetak tiga lembar kertas ukuran A3, setelah dipotong, jadilah 24 lembar kartu pos.
Setelah menghitung tanggal dan tahun kelahirannya, yaitu 1783, maka pada 2018 ini berarti peringatan ulang tahun ke-235 Pattimura. Itulah yang cetak pada kartu pos buatan saya.
Saya lalu membeli prangko bergambar Kapitan Pattimura yang diterbitkan Pemerintah RI, dalam hal ini Kementerian Komunikasi dan Informatika, kemudian didistribusikan melalui PT Pos Indonesia. Prangko itu diterbitkan tahun lalu.
Tapi ketika membeli, saya baru sadar bahwa dalam lembaran utuh prangko Pattimura itu ada bagian di tengah yang bertuliskan "200 Tahun Pattimura". Lho, bukannya tahun ini (2018) merupakan ulang tahun ke-235 Pattimura? Berarti tahun lalu ketika prangko itu diterbitkan (2017), seharusnya merupakan peringatan ulang tahun ke-234 Pattimura, bukan 200 tahun Pattimura.
Ternyata, yang dimaksud 200 tahun Pattimura itu adalah peringatan tahun wafatnya pahlawan nasional itu. Dari cerita sejarah, perjuangan Pattimura melawan penjajah Belanda, berakhir dengan ditangkapnya Pattimura dan kemudian dihukum gantung di Ambon, pada 16 Desember 1817. Kalau dihitung sampai 2017, memang benar itu adalah 200 tahun wafatnya Pattimura.
Kembali ke kartu pos yang saya buat. Kartu-kartu pos itu segera saya tempel prangko Pattimura satu per satu. Kemudian saya beri alamat tujuan. Selanjutnya, beberapa kartu pos saya masukkan ke dalam sampul dan saya kirim ke dua tempat. Pertama, ke Kepala Kantor Pos Ambon, dan kedua ke Kepala Kantor Pos Saparua. Dua tempat ini memang memegang sejarah penting dalam kehidupan Pattimura.
Di Saparua dia dilahirkan, dan di Ambon dia wafat. Oleh pihak Kantor Pos Ambon dan Saparua kemudian diberi cap (stempel) pos, baru dikirim ke masing-masing alamat yang ada di kartu pos tersebut. Sebagai tambahan, saya juga meminta bantuan seorang teman filatelis dari Ambon, untuk mengirimkan pula beberapa kartu pos serupa, yang telah saya kirimkan kepadanya.
Maka jadilah sebuah benda sejarah pos (postal history) yang cukup unik. Kartu pos Pattimura dengan prangko Pattimura, dikirim dari dua tempat penting dalam kehidupan Pattimura, yaitu Saparua dan Ambon, sebagaimana tercatat dalam cap pos yang dterakan pada kartu-kartu pos itu. Sebuah benda filateli yang unik.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H