Sudah banyak puisi yang ditulis tentang Pancasila. Secara pribadi, saya pun telah menulis beberapa puisi tentang Pancasila. Sebagian telah dimuat di kumpulan puisi Ahok, Kebhinekaan, Belajar Pancasila (ISBN 978-602-6598-18-9) yang terbit di Jakarta bertepatan Hari Lahir Pancasila, 1 Juni 2017, atau setahun lalu.
Namun bukan di situ saja, puisi tentang Pancasila saya bukukan. Dalam kumpulan puisi terbaru saya Aargh Reformasi (ISBN 978-602-6598-43-1) yang peluncuran resminya dilakukan di Hari Kebangkitan Nasional 20 Mei 2018 lalu, ada juga puisi berjudul "Pancasila". Puisi yang lahir dari perenungan tehradap kondisi di Indonesia saat ini.
Walaupun Reformasi telah dkumandangkan 20 tahun lalu, ketika para mahasiswa bersatu padu dengan rakyat pada 1998 meneriakkan perlunya reformasi atau perubahan besar-besaran pada kondisi birokrasi pemerintahan dan politik untuk menuju Indonesia yang lebih baik, pada kenyataannya hal itu masih jauh yang diharapkan.
Kebebasan berbicara memang sudah mulai dirasakan, namun sayangnya justru kebablasan. Semakin banyak yang bicara seenaknya tanpa sopan santun dan bahkan menyebarluaskan kabar-kabar bohong serta fitnah keji. Tidak cukup sampai di situ, kerukunan dan jiwa toleransi antarumat beragama seperti "diobok-obok".
Antarsuku dan antargolongan juga seolah lupa terhadap sila-sila dalam Pancasila yang mengajak seluruh anak bangsa untuk bertakwa kepada TUHAN YME, mempunyai rasa kemanusiaan, selalu menjunjung persatuan dan kesatuan, serta hidup berdemokrasi dengan menempatkan rakyat sebagai yang utama, untuk mencapai tujuan Indonesia yang adil dan makmur untuk semua.
Semuanya seolah dilupakan, padahal itu juga yang menjadi salah satu tujuan ketika Reformasi dikumandangkan duapuluh tahun lalu. Maka lahirlah puisi "Pancasila" yang dimuat di halaman 63 kumpulan puisi Aargh Reformasi tersebut. Puisi berisi pertanyaan-pertanyaan ke manakah sila-sila dalam Pancasila itu?
Semoga di Hari Lahir Pancasila, 1 Juni 2018, kita mau mengingat kembali tentang butir-butir penting dalam Pancasila, dan mewujudkan dalam kehidupan sehari-hari, sekaligus menjaga semangat Reformasi 1998, agar tidak luntur lagi. Melainkan tetap tumbuh dan berkembang dalam diri seitap warga negara Indonesia. Merdeka!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H