Lihat ke Halaman Asli

Berty Sinaulan

TERVERIFIKASI

Penulis, Pewarta, Pelatih Pembina Pramuka, Arkeolog

Perhatian Pada Arkeologi Bawah Air Harus Kembali Ditingkatkan

Diperbarui: 24 Maret 2018   17:58

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Salah satu penelitian arkeologi bawah air. (Foto: Pusat Penelitian Arkeologi Nasional)

Ada sejumlah hal menarik ketika berlangsungnya diskusi ilmiah yang diselenggarakan  Ikatan Ahli Arkeologi Indonesia (IAAI) Komisariat Daerah (Komda) Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek) di Museum Nasional Indonesia (MNI), Jalan Medan Merdeka Barat, Jakarta Pusat, pada Kamis, 22 November 2018. Dalam diiskusi tersebut ditampilkan presentasi doktoral para doktor bidang arkeologi Universitas Indonesia (UI) dalam kurun 2015-2017.

Hal menarik pertama adalah upaya IAAI Komda Jabodetabek dipimpin ketuanya, Dedah R. Sri Handari, untuk memberikan kesempatan kepada semua anggota -- dan bahkan calon anggota -- untuk mendapatkan informasi dan pengetahuan terbaru hasil disertasi para doktor arkeologi UI itu. Meski dengan biaya swadaya dan tanpa memungut biaya sedikit pun bagi para peserta, acara itu berlangsung sukses dan dihadiri sekitar 100 peserta.

Hal menarik kedua, para pemrasaran yang merupakan doktor-doktor baru dalam bidang arkeologi, rentang usianya cukup beragam. Dari yang sudah pensiun dari kedinasan di instansi pemerintah sampai anak-anak muda yang masih mengembangkan karier.

Poster diskusi ilmiah yang diselenggarakan IAAI Komda Jabodetabek. (Foto: IAAI Jabodetabek)

Lalu, hal menarik ketiga adalah beragamnya topik yang dibahas. Dr. Junus Satrio Atmodjo yang mengangkat disertasinya berjudul "Lanskap Budaya Kawasan Pesisir Jambi Abad XI-XIII: Peran Masyarakat Kuno Memanfaatkan Rawa sebagai Permukiman yang Permanen". Kemudian, Dr. Rr. Triwurjani dengan judul "Arca-Arca Megalitik Pasemah Sumatera Selatan: Kajian Semiotik".

Presentasi juga datang dari Dr. St. Prabawa Dwi Putranto berjudul "Model Manajemen Sumber Daya Budaya Bawah Air Terintegrasi di Kepulauan Karimunjawa, Jawa Tengah". Kemudian disusul oleh Dr. Taqyuddin dengan presentasi berjudul "Rekonstruksi Lanskap Arkeologi Pertanian Masa Jawa Kuno  (Abad VIII-XI)", dan Dr. Andriyati Rahayu yang menampilkan presentasi berjudul "Kehidupan Kaum Agamawan Masa Majapahit Akhir: Tinjauan Epigrafis".

Dari kelima doktor yang menampilkan presentasi disertasi mereka, cukup banyak yang membahas tentang hal-hal terkait perairan. Inilah yang juga menjadikan seorang peserta angkat bicara mengomentari. Adalah Nunus Supardi yang pernah menjadi Direktur Purbakala dan kemudian Sekretaris Direktur Jenderal Kebudayaan, mengingatkan kembali tentang ucapan Presiden Joko Widodo ketika pelantikannya sebagai Presiden RI pada 2014 lalu.

Jokowi ketika itu menegaskan kalimat penting, "jangan memunggungi laut". Dikatakan oleh Presiden RI, "Samudera, laut, selat, dan teluk adalah masa depan peradaban kita." Kemudian ditambahkannya, "Kita telah terlalu lama memunggungi laut, memunggungi samudera, selat, dan teluk."

Jadi sekarang saatnya kita mengembalikan kejayaan kita di laut, demikian tegas Presiden Jokowi yang ditanggapi oleh Nunus Supardi dengan keberadaan institusi pemerintah yang menangani situs dan tinggalan arkeologi bawah air.

Sudah banyak dikenal luas, bahwa sebagai negara perairan, banyak sekali situs dan tinggalan arkeologi bawah air yang ada di Indonesia. Sayangnya, keberadaan institusi pemerintah yang menangani hal itu justru sekarang menjadi kurang jelas.

Logo Ikatan Ahli Arkeologi Indonesia. (Foto: IAAI)

Satu hal yang mungkin menarik adalah komentar dari Nunus Supardi, salah satu tokoh senior di bidang kebudayaan yang pernah menjadi Direktur Purbakala dan Sekretaris Direktur Jenderal Kebudayaan. Dia menyoroti keberadaan institusi pemerintah yang menangani situs dan tinggalan arkeologi bawah air.

"Saya sedih," kata Nunus Supardi, ""Dulu ada Direktorat Arkeologi Bawah Air (yang menangani masalah dan temuan arkeologi di bawah air). Dari ada, setengah ada, sampai (sekarang) tidak ada (lagi di lingkungan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan)".

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline