Lihat ke Halaman Asli

Berty Sinaulan

TERVERIFIKASI

Penulis, Pewarta, Pelatih Pembina Pramuka, Arkeolog

Spektrum Budaya, Tulisan Perayaan 84 Tahun Prof. Toeti Heraty

Diperbarui: 29 November 2017   13:01

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Prof. Dr. Toeti Heraty (Foto: kemendikbud.go.id)

Memperingati 84 tahun Prof. Dr. Toeti Heraty N. Roosseno, diterbitkan buku berjudul  "Spektrum Budaya -- Festschrift HUT ke-84 Toeti Heraty". Terjemahan langsung dari festschrift yang berasal dari Bahasa Jerman itu adalah "tulisan perayaan", karena kumpulan tulisan itu dimaksudkan untuk memperingati perayaan, yang biasanya perayaan ulang tahun.

Buku setebal viii + 531 halaman itu diterbitkan oleh Museum Toeti Heraty dengan gambar sampul reproduksi lukisan Salim berjudul "Pelita" yang dibuat pelukis tersebut pada 1990. Editor buku tersebut adalah Eka Budianta dengan kata pengantar  yang ditulis oleh Radhar Panca Dahana.

Dalam kata pengantarnya, Radhar Panca Dahana menyebut buku itu sebagai bunga rampai tulisan, yang memang tidak salah. Terdapat tiga bagian dalam buku itu,  Rubrik Lintas Disiplin berisi 14 tulisan, Rubrik Budaya berisi 16 tulisan, dan Rubrik Kritik Sastra berisi 9 tulisan. Sebagian tulisan yang memang dibuat untuk menyambut HUT ke-84 Toeti Heraty, namun sebagian lagi adalah tulisan-tulisan terkait Toeti yang pernah ditulis banyak orang dan klippingnya ditemukan di Pusat Dokumentasi Sastra (PDS) HB Jassin.

Sampul muka buku

Dalam Rubrik Lintas Disiplin terdapat nama-nama terkenal yang tulisannya dimasukkan ke dalam buku itu. Di antaranya, Prof. Dr. Franz Magnis-Suseno SJ, Prof. Dr. HAR Tilaar, Dr. Karlina-Supelli, Prof. Dr. Musdah Mulia, Dr. Tamrin Amal Tamagola, dan Prof. Dr. Taufik Abdullah.

Satu lagi yang dimuat tulisannya dalam rubrik tersebut adalah Prof. Dr. Peter Carey, sejarawan terkenal yang banyak mengulas tentang sejarah Pangeran Diponegoro. Tulisannya berjudul "The Right Man in The Wrong Place"  dengan subjudul "The tragic end of Raden Tumenggung Sumodilogo Bupati of Menoreh (Kedu) circa 1780-1825". Siapa sangka, seperti disebutkan kembali dalam tulisan pengantar oleh Radhar Panca Dahana, sang bupati itu adalah kakek buyut dari seorang Toeti Heraty.

Sementara dalam Rubrik Budaya, para penulis yang tulisannya mengisi buku tersebut -- baik yang diambil dari kliping di PDS HB Jassin maupun yang menulis langsung secara khusus untuk buku tersebut -- di antaranya adalah Dr. Adnan Buyung Nasution, Dr. AB Lapian, Prof. Dr. AJ Frans Winarta SH, Dr. Gadis Arivia, Prof. Dr. Mudji Sutrisno, dan sejumlah nama lainnya.

Pada rubrik ini, saya berkesempatan menyumbang tulisan berjudul "Ibu Toeti, Lingwa, dan Masjid Angke". Isinya berkisah tentang aktivitas Toeti Heraty dan perkumpulan Lingkar Warisan Kotatua Jakarta (Lingwa), dan upaya yang dilakukan untuk menyelamatkan Masjid Angke. Ini adalah salah satu masjid tertua di Jakarta yang dibangun pada 1761, dan dari sejarahnya menggambarkan harmonisasi antarberbagai suku membangun masjid itu. Pembangunan masjid tersebut didanai oleh seorang perempuan Tionghoa, Tan Nio, dan arsitektur pembangunannya dilakukan juga oleh keturunan Tionghoa, Syech Liong Tan. Dalam pengerjaannya, terlibat para pekerja asal Bali, Makassar, Banten, Madura, di samping suku bangsa Betawi. Sementara pengaruh Belanda juga terlihat dalam arsitektur bangunan Masjid Angke. Tulisan tentang Masjid Angke juga disumbangkan oleh Tamalia Alisjahbana, salah satu pengurus Lingwa.

Dalam Rubrik Kritik Sastra, nama-nama yang sudah tak asing lagi juga ada. Mulai dari Prof. Dr. A. Teeuw, Prof. Dr. Budi Darma, Harry Avelling, Korrie Layun Rampan, Dr. Maman S. Mahayana, Dr. Gumira Ajidarma, sampai Subagyo Sastrowardojo.

Maman Mahayana dalam tulisannya berjudul "Ironi Toeti Heraty" mengungkapkan kembali paparan Prof. Teeuw yang menyatakan, "Toeti Heraty adalah satu-satunya wanita penyair di tengah para penyair Indonesia mutakhir yang terkemuka".  Itu adalah paparan Teeuw pada 1989, sehingga paling tidak sampai saat itu, Toeti Heraty dianggap yang paling terkemuka di antara para penyair perempuan.

Secara keseluruhan, bunga rampai tulisan "Spektrum Budaya" ini menarik untuk dibaca. Isinya bisa memperkaya wawasan dan batin pembacanya. Bukan hanya untuk mengenal seorang Toeti Heraty, tetapi juga untuk mendalami berbagai bidang studi, kehidupan, dan penghidupan di muka bumi ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H



BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline