Meski pun saat ini rubrik dan kolom puisi di media massa cetak nasional tidak lagi banyak, dan bisa jadi juga puisi bukan lagi bacaan yang menarik di era media sosial ini, tetapi puisi tetap saja dituliskan di sana-sini.Kini satu lagi buku kumpulan puisi terbit di Tanah Air yang sekaligus menyambut Hari Literasi Internasional atau Hari Aksara Sedunia pada 8 September 2017.
Buku kumpulan puisi bertajuk Puisi Itu Adalah merupakan karya Berthold Sinaulan yang diterbitkan oleh Nulisbuku.com (ISBN 978-602-6598-26-4). Terdapat 50 puisi di dalamnya dan satu puisi tambahan yang terdapat di halaman sampul belakang buku tersebut.
Berbeda dengan puisi dan kumpulan puisi lainnya yang biasanya bercerita tentang keseharian kritik pengalaman hidup, cinta keindahan alam, kebesaran Tuhan Yang Maha Esa, petualangan di alam terbuka, kota-kota tertentu, dan lainnya, maka kumpulan ini justru memuat puisi-puisi yang bercerita tantang puisi itu sendiri.
Ini adalah kumpulan puisi ketiga dari Berthold Sinaulan yang diterbitkan pada tahun 2017. Sebelumnya, dari pengarang yang sama telah terbit buku kumpulan puisi Kubayangkan Chairil Anwar (ISBN: 978-602-6598-13-4) yang diluncurkan pada peringatan Hari Buku Sedunia (World Book Day) di Rumah Dunia, Serang, Banten, Minggu, 23 April 2017. Lainnya, buku kumpulan puisi Ahok, Kebhinekaan, Belajar Pancasila (ISBN 978-602-6598-18-9) yang terbit di Jakarta bersamaan dengan Hari Lahir Pancasila, 1 Juni 2017.
Berikut ini salah satu dari 50 puisi yang ada dalam kumpulan Puisi Itu Adalah,sebuah puisi berjudul "Percakapan Tentang Catatan dan Puisi" yang ditulis pada 26 Juni 2017:
Percakapan Tentang Catatan atau Puisi
Kutulis huruf, kurangkum jadi kata lalu kalimat, berbaris-baris, berderet dari atas sampai ke bawah, jadi puisikah?
Catatan atau puisi? Begitu sergah diriku yang lain, kalau hanya berisi catatan-catatan kecil, tidak ada kiasan, bukan pula metafora, atau segala hal, biasa saja. Mudah ditebak.
Tapi haruskah puisi penuh dengan kiasan, tersembunyi di balik kata, tersirat harus diungkap, sementara yang jelas sudah, baris-baris tulisan hanya dianggap catatan?
Puisi seharusnya berisi permenungan, diriku yang lain bicara lagi, bukan hanya larik-larik berisi catatan apa yang terjadi di suatu masa di suatu tempat, terlalu datar.
Tapi haruskah puisi seluruhnya berisi kiasan dan metafora yang buat permenungan, tidak bisakah baris-baris tulisan yang ada dianggap puisi juga, meski biasa saja, hanya cerita dari suatu ketika di suatu lokasi, tentang nama-nama orang, tempat, dan tanggal bulan tahun.