Sudah kutahu bakal ada yang mencibir, nyinyir berkomentar, ketika kutulis tentang prangko bergambar Ahok yang diterbitkan Pos Belgia. Sudah kutahu.
Tapi tetap kutulis, juga kuunggah di media sosial, lantaran hasrat untuk mempromosikan prangko, lebih sebagai benda koleksi, hobi filateli untuk kaum muda, untuk siapa saja.
Tulis tentang Ahok, pasti banyak yang baca. Namanya mendunia kini, lebih dikenal dari aslinya, Basuki Tjahaja Purnama. Ada prangko bergambarnya, kutulislah artikelnya, mengaitkan dengan hobi filateli, apalagi menjelang pameran dunia di Bandung, nanti Agustus 2017. Bantu promosi agar hobi positif ini bisa berkembang, terus.
Sudah kutahu bakal ada yang mencibir, nyinyir berkomentar, dan terbukti. Juga terbukti kebiasaan sebagian kita, asal komentar hanya membaca judul atau melihat foto, padahal sama sekali belum membaca isi tulisan. Belum baca, komentar sudah panjang, dan segala yang dikomentari ternyata sudah ada di dalam tulisan.
Sudah kutahu bakal ada yang mencibir, nyinyir berkomentar, tapi kukira itu orang awam. Justru mereka yang mengaku dan dianggap filatelis, merekalah yang mencibir, nyinyir berkomentar. Mungkin merasa senior, lebih tahu segalanya. Padahal baca saja belum.
Sudah kutahu, kini sudah kutahu juga kualifikasi diri mereka. Tukang nyinyir.
Jakarta, 10 Juni 2017
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H