Hari ini, 1 Juni 2017, di mana-mana d seluruh Indonesia diperingati Hari Lahir Pancasila. Inilah untuk pertama kalinya 1 Juni dijadikan hari libur nasional. Meski libur, upacara Hari Lahir Pancasila dan berbagai kegiatan terkait lainnya, tetap berlangsung. Bahkan selama “Pekan Pancasila” dari 29 Mei sampai 4 Juni 2017, berbagai acara digelar.
Rangkaian acara itu tak lain dimaksudkan agar seluruh warga negara Indonesia tetap mengingat Pancasila sebagai dasar negara kira. Pancasila dengan slogannya “Bhinneka Tunggal Ika” bisa dibilang merayakan dan menghargai keberagaman yang ada di negeri ini. Apa pun latar belakang dan perbedaan ras, agama, suku, dan antargolongan, semua mempunyai hak dan tanggung jawab yang sama dalam hidup di Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Gambar dan tanda pagar (tagar) atau Bahasa Inggrisnya “hashtag” #SayaIndonesia dan #SayaPancasila juga bemrunculan di berbagai akun media sosial. Mulai dari Facebook, Twitter, Path, Instagram dan lainnya. Saya pun membuat gambar dan tagar tersebut, disandingkan dengan gambar sampul muka buku kumpulan puisi “Ahok, Kebhinekaan, Belajar Pancasila”. Kumpulan puisi karya saya tersebut berisi puisi-puisi yang ditulis dalam kurun waktu antara 2012 sampai 2017.
Dalam buku terbitan Nulisbuku yang telah teregistrasi dengan ISBN (International Standard Book Number): 978-602-6598-18-9, terdapat 50 puisi ditambah satu puisi sebagai bonus yang terdapat di halaman luar belakang buku tersebut. Kelimapuluh puisi itu dimasukkan ke dalam tiga bagian. Bagian pertama diberi judul “Ahok” berisi 19 puisi, bagian kedua “Kebhinekaan” juga dengan 19 puisi, dan bagian ketiga “Belajar Pancasila” dengan 12 puisi.
Walaupun terdiri dari tiga bagian yang tiap bagiannya berbeda judul, tetapi semuanya mempunyai “benang merah” betapa Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dengan slogannya “Bhinneka Tunggal Ika” haruslah tetap tegak.
Maka pada 1 Juni 2017, saya pun meluncuran buku kumpulan puisi yang saya tandai dengan pembacaan puisi “Belajar Pancasila”. Puisi yang saya tulis tepat setahun lalu, pada 1 Juni 2016, secara tersirat berisi ajakan agar kita terus mempelajari dan mengamalkan Pancasila, sehingga cita-cita dan impian agar negara kita menjadi maju, aman, nyaman, dan sejahtera untuk semua lapisan masyarakatnya dapat tercapai.
Ini bagian dari puisi “Belajar Pancasila”: Ketika anak-anak ke luar sekolah/ melihat dan mendengarlah mereka/ saat orang-orang dewasa saling menghina/ sampai bertengkar pun dengan fisik/ lantaran berbeda agama dan warna kulit/ juga keturunan dan suku bangsa/ timbulkan tanya pada mereka:/ apakah orang dewasa juga belajar Pancasila?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H