Lihat ke Halaman Asli

Berty Sinaulan

TERVERIFIKASI

Penulis, Pewarta, Pelatih Pembina Pramuka, Arkeolog

[Mudasiana] Pelajaran Tak Gunakan Barang Palsu dari Jaket Jeans Berusia 20 Tahun

Diperbarui: 8 Maret 2017   09:32

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jaket jeans merah yang telah berusia 20 tahun. (Foto: BDHS)

Entah kebetulan atau tidak, tetapi ketika minggu lalu sedang merapikan loteng rumah dan memilih-milih pakaian yang masih dapat terpakai, saya menemukan kembali jaket jeans merah. Siangnya, ketika membuka Kompasiana, tulisan pertama yang saya temukan dan baca adalah tentang “All About Jeans”, sebuah lomba menulis dari komunitas “Mudasiana”.

Sayangnya, cukup sulit menemukan foto-foto lama ketika saya mengenakan jaket jeans itu. Dua kali banjir besar yang melanda Jakarta pada 2002 dan 2007, merusak pula sebagian besar koleksi foto yang saya simpan di rumah keluarga di Jalan Slamet Riyadi IV, Jakarta Timur, yang hanya berjarak sekitar sepuluh meter dari pinggir Sungai Ciliwung.

Bila saya menceritakan kejadian banjir yang melanda Jakarta 10 dan 15 tahun silam, berarti jaket jeans merah itu telah saya miliki lebih lama dari itu. Benar, sesungguhnya jaket jeans merah yang saya miliki telah ada di tangan saya sejak 1997, dan artinya tahun ini jaket jeans merah itu genap berusia 20 tahun.

Saya membeli jaket jeans merah itu dari toko resmi produk jeans terkenal dari Amerika Serikat (AS) di salah satu pusat perbelanjaan terkemuka di Jakarta, pada suatu waktu di tahun 1997. Saya tidak ingat waktu tepatnya, namun pasti sebelum Mei 1997, karena jaket jeans merah itu saya bawa dan pakai selama melakukan perjalanan ke San Francisco, AS, pada Mei - Juni 1997. Saat itu saya memang sengaja membeli produk jeans AS untuk dibawa ke AS. “Supaya lebih matching”, begitu pikir saya ketika itu.

Setelah saya beli, saat menjumpai seorang teman di bilangan Blok M, Jakarta Selatan, saya tertarik pada kehadiran seorang pedagang kaki lima yang menjajakan berbagai badge (lambang dari kain) yang dibordir cukup rapi. Saat itu, usaha bordir komputer belum merebak seperti sekarang ini, sehingga menemukan badge yang dibordir dengan rapi, merupakan hal yang menyenangkan.

Bergaya di studio foto pada awal 1997. (Foto: koleksi pribadi)

Apalagi harga jualnya cukup terjangkau. Bahkan sang pedagang masih memberi diskon, karena saya membeli cukup banyak. Saya sengaja membeli badge-badge  yang terkait dengan AS. Di antaranya badge dengan lambang tim bola basket yang berlaga di NBA, kompetisi bola basket profesional di AS. Beberapa dari badge-badge itu kemudian saya jahit di jaket jeans merah yang saya beli. Termasuk badge lambang minuman ringan dan kafe-kafe terkemuka, yang semuanya jelas bernuansa AS. Kemudian saya pun menyempatkan diri berfoto di sebuah studio foto, kalau tidak salah di Blok M Plaza. Waktu itu, foto menggunakan kamera telepon seluler memang belum ada, kalau mau foto bagus sebaiknya memang ke studio foto.

Untunglah, saya masih bisa menemukan kembali foto itu. Foto yang sempat saya pindai (scan), dan tersimpan di dalam komputer jinjing (laptop) lama saya. Belakangan, file foto itu sudah saya pindahkan ke external hard disk yang saya miliki.

Komisioner Nasional Filateli

Tepat pada akhir Mei 1997, saya menggunakan jaket jeans merah tersebut saat terbang ke San Francisco. Sebagai anggota Perkumpulan Filatelis Indonesia (PFI), organisasi para kolektor prangko dan benda filateli lainnya di Indonesia, saya ditunjuk menjadi Komisioner Nasional dalam Pameran Prangko Sedunia “Pacific ‘97” yang diselenggarakan di San Francisco, dari 29 Mei sampai 8 Juni 1997.

Komisioner Nasional adalah orang yang mewakili organisasi nasional filateli dari negara-negara anggota Federation Internationale de Philatelie (FIP) yang merupakan organisasi dunia filateli, dalam suatu pameran tingkat dunia. Tugasnya adalah memilih koleksi-koleksi benda filateli terbaik dari negaranya, mengirimkan  daftarnya kepada panitia yang akan menyeleksinya lagi. Setelah itu panitia akan mengirimkan kembali daftar koleksi terpilih, dan Komisioner Nasional bertugas mengumpulkan koleksi-koleksi terpilih tersebut dari tangan para kolektor, lalu membawanya ke pameran.

Di pameran tersebut, Komisioner Nasional harus memastikan koleksi-koleksi dari negaranya terpasang dengan baik di panil-panil pameran. Komisioner Nasional bersangkutan juga harus selalu siap bila ada pertanyaan dari juri tentang koleksi dari negaranya. Sedangkan setelah pameran, Komisioner Nasional harus membawa pulang semua koleksi dari negaranya, lengkap dengan medali dan piagam yang diperoleh tiap kolektor yang ikut.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline