Lihat ke Halaman Asli

Berty Sinaulan

TERVERIFIKASI

Penulis, Pewarta, Pelatih Pembina Pramuka, Arkeolog

Kisah di Tahun 2045

Diperbarui: 28 November 2016   13:32

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dukung 28 November sebagai Hari Dongeng Nasional. (Foto: Istimewa)

Tanggal 28 November ini oleh para penggiat literasi diusulkan sebagai Hari Dongeng Nasional, mengambil tanggal kelahiran Drs. Suyadi, pencipta kisah Unyil dan kawan-kawan. Kisah boneka yang ikut membesarkan anak-anak Indonesia dari awal 1980-an sampai 1990-an. Untuk menyambut “Hari Dongeng Nasional” tersebut, berikut sebuah kisah dongeng singkat berjudul “Kisah di Suatu Ketika di Tahun 2045”:

Presiden Martinus Ibo tersenyum saja, ketika Wakil Presiden Ahmad Jailani memberitahu bahwa film “Dulu di Negeri Kita” berhasil menyabet penghargaan sebagai film terbaik dalam ajang penghargaan Worldwide Movie Awards ke-15. Penghargaan yang diterima pada tahun ini, tahun 2045, menambah penghargaan sebelumnya ketika “Dulu di Negeri Kita” meraih juga sebagai film terbaik dan sekaligus film asing terbaik pada ajang Academy Awards ke-116 yang diadakan di Yorktown.

Sejak penghargaan Academy Awards yang juga dikenal sebagai penghargaan Piala Oscar ke-110 pada tahun 2039, acara puncak tidak lagi diselenggarakan di Los Angeles, tetapi sudah dipindah ke Yorktown, kota paling baru di Amerika Serikat. Di kota ini juga sedang dipersiapkan pangkalan pesawat angkasa luar negara itu, yang sesuai perjanjian internasional akan digunakan oleh semua negara di dunia untuk peluncuran pesawat angkasa luar mereka.

“Kok, Pak Presiden cuma tersenyum?” tanya Wakil Presiden Ahmad Jailani.

“Begini Bung Jailani, saya memang sudah menduganya. Berarti firasat saya tepat,” jawab Presiden Martinus Ibo.

Di bawah duet Martinus Ibo dan Ahmad Jailani, negara memang telah berkembang amat pesat. Bukan hanya kemajuan dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi, tetapi juga dalam berbagai bidang lainnya. Paling mencengangkan bagi para ahli sejarah, adalah perkembangan budaya masyarakat yang telah mencapai kemajuan luar biasa.

Paling tidak itulah yang dicatat oleh banyak ahli sejarah negara tersebut. Profesor Chang Kwan, ahli sejarah paling terkemuka mencatat, sekitar 30 tahun lalu, negara itu masih terbilang kacau untuk ukuran sekarang. Negara seolah terbelah dalam kelompok-kelompok yang satu sama lain saling membenci dan berusaha menjatuhkan.

Profesor Chang Kwan dan asistennya, Made Pekerti, menelusuri arsip-arsip sejarah, sampai menghasilkan suatu kajian yang menceritakan betapa rentannya negara, ketika masalah suku, agama, ras, dan antargolongan, dijadikan komoditas untuk saling menyerang satu sama lain. Belum lagi masalah korupsi yang sudah membudaya di hampir semua sektor kehidupan. Begitu kuatnya cengkeraman “gurita korupsi”, sampai kalau ada orang yang mendapat tugas sebagai pejabat di suatu instansi dan bertekad ingin memberantas korupsi, justru dialah yang menjadi korban.

Para koruptor bahu-membahu menghancurkan karakter pejabat yang ingin memberantas korupsi itu. Segala cara dilakukan, dan seperti biasa isu suku, agama, ras, dan antargolongan, paling ampuh digunakan pada masa itu. Isu yang sama juga digunakan untuk memecah belah keutuhan bangsa dan negara, tentu saja untuk kepentingan si pemecah belah itu sendiri. Mereka tidak peduli bahwa upaya memecah belah itu akibatnya akan merugikan rakyat banyak.

Saling hujat, saling caci, berkembang menjadi aksi kekerasan di mana-mana. Akibatnya rakyat juga yang menderita, dan ketika Presiden serta Wakil Presiden pada masa itu mencoba mencegahnya, kedua pejabat tertinggi negara itu justru diserang dengan isu dan fitnah. Menyedihkan memang, karena lagi-lagi rakyat kebanyakan yang menjadi korban manakala ada kekerasan di sana-sini.

Untunglah setelah bertahun-tahun berlalu, keadaan telah berubah. Negara telah menjadi sejahtera dan maju, serta yang terpenting seluruh warganegara menjadi sadar. Perpecahan akibat isu suku, agama, ras, dan antargolongan, hanya merusak negara dan merugikan masyarakat semua. Itulah sebabnya, kini seluruh rakyat sadar bahwa isu-isu semacam itu sudah tak boleh lagi ada di negara tercinta.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline