Lihat ke Halaman Asli

Berty Sinaulan

TERVERIFIKASI

Penulis, Pewarta, Pelatih Pembina Pramuka, Arkeolog

Sejak Dulu, Tambang untuk Kehidupan dan Kemakmuran Rakyat

Diperbarui: 13 November 2016   11:05

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Replika di Museum Nasional Indonesia, menggambarkan manusia prasejarah menggunakan batuan dari tambang untuk membuat api. (Foto: R. Andi Widjanarko, ISJ)

Sejak dulu, usaha pertambangan telah dilakukan untuk kehidupan dan kemakmuran rakyat. Paling tidak itu yang saya pelajari sebagai lulusan studi Arkeologi  atau yang umum dikenal masyarakat sebagai Ilmu Kepurbakalaan dari Universitas Indonesia. Sejak masuk menjadi bagian dari almamater “Jaket Kuning” di pertengahan 1979, dari berbagai mata kuliah yang saya pelajari, terbukti bahwa bidang pertambangan sangat penting dalam kehidupan umat manusia dan membantu menjadikan masyarakat lebih makmur.

Pada zaman prasejarah, masyarakat telah menggunakan batu, keramik dan logam. Benda-benda itu dimanfaatkan untuk membuat peralatan sehari-hari maupun senjata. Kapak-kapak batu, seperti yang sekarang masih dapat ditemukan di Papua misalnya, merupakan salah satu contoh penggunaan bahan-bahan tambang untuk keperluan sehari-hari.

Awalnya, manusia masih menggunakan bahan-bahan yang ditemukan di permukaan atau dekat permukaan tanah saja. Namun belakangan, manusia mulai pula menggali atau menambang bahan-bahan dari dalam “perut” bumi. Catatan arkeologi menunjukkan sebuah gua yang disebut “Lion Cave” di Swaziland, di bagian selatan Benua Afrika, merupakan contoh pertambangan pertama manusia. Melalui pengujian C14 (radiocarbon), diperoleh data gua tersebut telah digunakan sebagai pertambangan pada sekitar 43.000 tahun silam.

Pada sekitar 4.000 tahun lalu, orang-orang Mesir telah mulai menambang emas. Teknik penambangan emas dari Mesir inilah yang kemudian ditiru dan dikembangkan di berbagai belahan dunia, seperti di Persia (sekarang Iran), Yunani, dan Romawi (sekarang Italia).

Di Indonesia sendiri, kegiatan pertambangan juga telah ada sejak lama. Kita dapat melihat contohnya antara lain pada artefak berupa mahkota raja serta keris yang bertahtakan emas dan berlian, atau berbagai perhiasan emas yang juga dapat dilihat di Museum Nasional Indonesia di Jalan Medan Merdeka Barat, Jakarta Pusat.

Ada yang menyebutkan bahwa awalnya emas-emas itu didatangkan dari India dan Tiongkok, namun kemudian penambangan emas pun dilakukan sendiri di Indonesia. Sudah cukup sering disebut dan diceritakan keberadaan Gunung Talamau yang disebut juga Gunung Ophir di daerah Pasaman, tempat penambangan emas yang dilakukan sejak ratusan tahun lalu.

Pasaman adalah salah satu daerah di Sumatera Barat. Ya, pada intinya Pulau Sumatera memang kaya dengan tambang emas maupun mineral berharga lainnya. Tak heran bila pulau itu pernah dijuluki Swarnadwipa, yang artinya Pulau Emas dalam Bahasa Sansekerta.

Barus, salah satu kota pantai di bagian barat Sumatera Utara, merupakan salah satu pelabuhan yang juga terkenal sebagai tempat ekspor bahan-bahan tambang di masa lalu. Selain kapur barus, catatan tertulis dari Ptolomeus yang dimuat dalam Geographia pada awal abad ke-2, menyebutkan bahwa emas juga merupakan komoditas utama yang diperdagangkan di situ, dan dibawa ke tempat-tempat lain melalui pelabuhan tersebut.

Makin ke sini, makin banyak usaha pertambangan yang dilakukan di Indonesia. Pada masa Hindia-Belanda misalnya, sejak 1850 pemerintah kolonial Belanda itu telah membentuk Dienst van het Mijnwezen atau Dinas Pertambangan yang berkedudukan di Batavia, untuk lebih mengoptimalkan penyelidikan geologi dan pertambangan menjadi lebih terarah. Saat ini, tugas tersebut diemban oleh Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral yang dipimpin duet Menteri Ignasius Jonan dan Wakil Menteri Arcandra Tahar.

Dari Batu Bara Sampai Batu Akik

Berbicara tentang pertambangan, tentu tidak sekadar emas saja. Masih banyak lagi bahan tambang yang dihasilkan oleh bumi Indonesia. Di luar emas, mungkin yang paling banyak dibicarakan adalah minyak dan gas bumi (migas). Walaupun saat ini, harus diakui bahwa cadangan migas Indonesia tidak terlalu banyak lagi, dan menurut data terakhir hanya sekitar 0,2 persen dari cadangan minyak seluruh dunia.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline