Para penggemar komik Indonesia sedang berduka. Gundala Putera Petir kehilangan “ayahnya”. Sang pencipta tokoh komik Gundala, Harya Suraminata atau dikenal dengan nama pena Hasmi, tutup usia di Rumah Sakit Bethesda, Yogyakarta, Minggu, 6 November 2016 sekitar pukul 12.00 WIB.
Dilahirkan di Yogyakarta pada hari Natal, 25 Desember 1946, Hasmi adalah salah satu komikus senior Indonesia yang karyanya mewarnai sejarah cerita bergambar di negeri ini. Tokoh yang juga seorang penulis scenario ini, dikenal pula dengan panggilan Mas Nemo.
Karyanya yang paling fenomenal, Gundala Putera Petir, terbit sebanyak 23 judul antara kurun 1969-1982. Tahun-tahun tersebut adalah tahun jaya dunia komik Indonesia. Setelah digempur oleh komik-komik asing, dan terutama cerita-cerita bergambar asal Jepang, aktivitas komik di Indonesia sempat mati suri. Untunglah, dalam satu dasa warsa terakhir ini – paling tidak itulah pengamatan pribadi saya – komik Indonesia pelan-pelan bangkit kembali. Buku-buku komik Gundala pun sempat dicetak ulang.
Informasi yang diterima, Hasmi masuk rumah sakit untuk menjalani operasi usus. Setelah operasi, ternyata kondisinya tak membaik. Padahal, sempat ada teman yang mengunggah foto, saat setelah dioperasi pun, Hasmi masih sempat bercanda meletakkan potongan jeruk di hidungnya. Menurut rencana, jenazah Hasmi akan dikebumikan di pemakaman seniman di Giri Sapto Bantul, Imogiri, Yogyakarta, Senin, 7 November 2016.
Walaupun Hasmi telah tiada, bisa dipastikan karyanya tetap abadi. Secara fisik, pahlawan super Gundala itu memang mirip The Flash, salah satu superhero dari DC Comics. Tetapi, seperti pernah dikatakan Hasmi sendiri, kekuatan Gundala berupa petir, konon idenya didapat dari tokoh legenda Jawa, Ki Ageng Sela, yang dalam kisahnya diceritakan dapat menangkap petir.
Gundala sendiri sebenarnya bernama Sancaka, seorang peneliti muda yang terlalu sibuk dengan pekerjaannya, sampai melupakan hari ulang tahun kekasihnya, Minarti. Akibatnya hubungan keduanya putus, dan Sancaka yang patah hati berlarian mencoba menghilangkan rasa sedihnya saat hujan deras. Tiba-tiba petir menyambar mengenai tubuhnya.
Diceritakan, dalam keadaan koma, ia ditarik oleh suatu kekuatan dari planet lain. Ketika terbangun, ia telah berada di Kerajaan Petir dengan pemimpinnya yang bernama Kaisar Kronz. Dari sang kaisar itulah, Sancaka diberi kekuatan super yaitu bisa memancarkan petir dari tangannya. Sementara itu, Raja Taifun dari Kerajaan Bayu menambah kekuatan supernya dengan kemampuan berlari secepat angin.
Kedua kekuatan super itulah yang mengubah Sancaka menjadi seorang pahlawan super dengan nama Gundala. Pahlawan yang mengenakan topeng, penutup kepala, dan pakaian ketat berwarna hitam. Pada penutup kepalanya juga terdapat hiasan seperti bulu burung di kedua sisinya.
Kini, Gundala dan seluruh penggemar Gundala serta pencinta komik Indonesia berduka. Sang ayah, Hasmi, meninggal dunia. Selamat jalan, terima kasih telah membagi kisah pahlawan super yang menjadi teman tumbuh kembangnya kami, anak-anak Indonesia dari tahun 1960-an sampai kini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H