Lihat ke Halaman Asli

Berty Sinaulan

TERVERIFIKASI

Penulis, Pewarta, Pelatih Pembina Pramuka, Arkeolog

Kami, Para Blogger Indonesia Berjanji akan Menulis dengan Lebih Banyak Gunakan Bahasa Indonesia

Diperbarui: 27 Oktober 2016   15:58

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Selamat Hari Blogger Nasional. (Foto: Istimewa)

Oh, hari ini Hari Blogger Nasional ya? Wah, ketinggalan nih kayaknya. Pasalnya, hampir tak ada berita apalagi gaungnya. Dari pagi, sepanjang perjalanan dengan mobil, beberapa radio cuma berkabar tentang arus lalu lintas dan persidangan Jessica. Padahal, kecuali perlu tahu tentang arus lalu lintas di Jakarta agar bisa memilih jalan yang tepat, saya sama sekali tidak minat dengan Jessica.

Saya hanya tahu Jessica didakwa membunuh temannya dengan sianida yang dicampur dalam kopi di sebuah café pada salah satu mal ternama di Jakarta. Saya bahkan tidak tahu kenapa sampai ada laporan langsung (live report), baik di radio maupun televisi, tentang Jessica. Jangan-jangan ini pertanda bahwa masyarakat kita memang “sakit”, kabar baik malah tidak ditanggapi, tapi kabar buruk, mengerikan, bahkan yang penuh kekerasan, malah disambut suka cita.

Bisa jadi, karena itu juga Hari Blogger Nasional, nyaris tak terdengar. Saya baru tahu ketika membuka Kompasiana, siang ini sekitar pukul 15.00 WIB. Ada beberapa tulisan “PIlihan” yang menjadikan Hari Blogger Nasional sebagai bagian dari judul tulisan mereka.

Setelah menggunakan mesin pencari Google, baru saya sadar bahwa Hari Blogger Nasional ini dicanangkan oleh Menteri Komunikasi dan Informatika saat itu, Mohammad Nuh, pada 27 Oktober 2007 ketika berlangsungnya Pesta Blogger di Jakarta. Jadi teringat pula, saya pun pernah menghadiri Pesta Blogger – entah tahun berapa – beberapa kali di masa lalu.

Bila dihitung, berarti saat ini sudah merupakan Hari Blogger Nasional ke-10, bila penetapan Hari Blogger Nasional pada 27 Oktober 2007 itu juga dihitung. Sudah lebih lama dibandingkan Kompasiana yang baru berusia 8 tahun. Tapi, lagi-lagi kenapa gaungnya hampir tak terdengar? Jessica lagi, Jessica lagi. Bosan ah.

Tapi sudahlah, cukup dengan Jessica. Bagi saya pribadi, mungkin saya cocok disebut “Blogger Malas-malasan”, pernah mempunyai beberapa blog pribadi, tetapi malas-malasan memperbaruinya. Untung, sekali lagi ada Kompasiana. Jadi di sini, saya bisa menulis dan menggunggahnya. Kalau pun ada waktu-waktu tertentu saya diserang rasa malas dan tak menulis, Kompasiana tetap selalu up-to-date, karena banyak tulisan yang masuk. Beda dengan di blog pribadi, begitu kita malas, segera kelihatan isi blog-nya itu-itu saja tidak ada perkembangan.

Ngomong-ngomong, 27 Oktober bukan hanya diperingati sebagai Hari Blogger Nasional. Hari ini, 88 tahun lalu dimulainya Kongres Pemuda II. Betul, Kongres Pemuda II dimulai 27 Oktober sampai 28 Oktober 1928 di sebuah gedung yang kini menjadi gedung Museum Sumpah Pemuda, terletak di Jalan Kramat Raya 106, Jakarta Pusat.

Kongres Pemuda II itulah yang menghasilkan putusan-putusan kongres yang belakangan dikenal dengan nama Sumpah Pemuda. Isinya bahwa putera dan puteri Indonesia mengaku bertumpah darah yang satu, tanah air Indonesia. Lalu, juga mengaku berbangsa yang satu, bangsa Indonesia. Serta, menjunjung tinggi bahasa persatuan, Bahasa Indonesia.

Butir ketiga dari Sumpah Pemuda itu, tampaknya harus menjadi penyemangat bagi para blogger Indonesia dan siapa pun yang ingin mengembangkan dirinya dalam dunia tulis-menulis. Memang, blog bisa saja diisi dengan bahasa asing. Namun sebagai warga negara Indonesia yang memiliki Bahasa Indonesia sebagai “bahasa ibu”, kenapa kita tidak lebih banyak menulis dalam Bahasa Indonesia.

Jadi setelah, Hari Blogger Nasional, baiklah para blogger Indonesia juga mengucapkan sumpah atau katakanlah janji supaya tak terlalu berat. Kami, para Blogger Indonesia berjanji akan terus menulis dengan lebih banyak menggunakan Bahasa Indonesia. Kalimat itu jugalah yang saya pilih sebagai judul tulisan ini. Meski pun tadinya saya sudah menulis judul "Hari Blogger, Jessica, Sumpah Pemuda" yang pasti lebih menarik dan eye catching, saya memutuskan tidak menggunakannya. Saya memilih judul yang mungkin lebih biasa dan tidak begitu menarik dibandingkan judul yang membawa-bawa nama Jessica, sebagai salah satu cara saya mengajak para blogger dan pembaca blog, untuk tidak berhenti hanya membaca judul saja. Hanya memilih membaca yang judulnya "berapi-api", padahal yang judulnya terkesan biasa, sebenarnya banyak hal menarik yang bisa menjadi tambahan pengetahuan dan pembelajaran bagi setiap pembaca.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline