World Culture Forum (WCF) 2016 yang diselenggarakan di Nusa Dua Convention Center, ditutup secara resmi oleh Direktur Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Hilmar Farid, seusai mendengarkan pembacaan “Deklarasi Bali”. Deklarasi yang dihasilkan dalam pertemuan tersebut, intinya meminta kepada masyarakat dunia untuk lebih memperhatikan kebudayaan sebagai bagian tak terpisahkan dari pembangunan berkelanjutan.
Diadakan sejak 10 Oktober 2016 (walaupun dalam jadwal dicantumkan sampai 14 Oktober 2016, yang ternyata adalah hari terakhir penyediaan akomodasi bagi para peserta WCF 2016 di Bali), acara tersebut berlangsung padat, penuh dengan dinamika diskusi, saling berbagi ide dan pengalaman, yang pada akhirnya semua sepakat bahwa kebudayaan adalah bagian tak terpisahkan dari kehidupan umat manusia di mana pun mereka berada. Itulah sebabnya, kebudayaan harus selalu mendapat tempat dalam semua kegiatan manusia setiap saat.
Setelah mengikuti simposium dan berdiskusi, bila pada hari-hari sebelumnya peserta WCF 2016 dihibur dengan tarian dan musik tradisional dari 13 negara, maka pada hari penutupan tampil Ananda Sukarlan, maestro piano Indonesia dengan orkestranya.
Tiga karya menarik ditampilkan Ananda Sukarlan dan kawan-kawan. Pertama, ditampilkan lagu “Selamat Pagi Indonesia” karyanya yang diadaptasi dari puisi karya Sapardi Djoko Damono. Lagu itu diiringi suara soprano Mariska Setiawan dan tenor Widhawan Aryo Pradihta.
Kedua, Ananda memainkan piano instrumentalia “Fantasia Selendang Sutera” yang merupakan arransemen khusus dari lagu “Selendang Sutera” ciptaan Ismail Marzuki. Ditampilkan dengan gaya musik klasik, lagu itu justru semakin kuat kesannya sebagai lagu perjuangan Indonesia.
Di bagian ketiga pertunjukan musik tersebut, Ananda menampilkan karya berjudul “An Odd to the Nation”. Suatu lagu yang menurutnya diciptakan berdasarkan permintaan Presiden ke-3 RI, BJ Habibie. Lagu itu berisikan pujian kepada dua ibu, yang pertama Ibu Ainun Habibie, istri BJ Habibie, dan yang kedua pujian kepada Ibu Pertiwi.
Tampil selama 25 menit penuh, lagu itu diiringi suara tenor Widhawan Aryo Praditha dan juga paduan suara anak-anak Seraphim Children Choir dari Bali. Meski durasi penampilannya cukup lama untuk suatu lagu, tetapi penonton tetap hanyut dan menikmati sajian tersebut.
Tak heran di akhir acara, tepuk tangan panjang diiring berdiri – suatu “standing ovation” – diberikan kepada Ananda Sukarlan dan kawan-kawan. Memenuhi permintaan peserta WCF 2016 yang mengharapkan Ananda tampil sekali lagi, pianis tersebut memainkan karyanya berjudul “Rhapsodia Nusantara”. Karya musik untuk piano itu menampilkan setiap provinsi di Indonesia, dan kali ini Ananda menyajikan “Rhapsodia Nusantara” Nomor 8 yang berisi karya musik bernuansa Sulawesi Utara.
Maka, ketika jari-jemari Ananda mendentingkan pianonya, baris-baris nada O Ina Ni Keke, lagu tradisional Manado, terdengar di dalam keseluruhan komposisi musik tersebut. Sekali lagi, tepuk tangan panjang untuk sang maestro musik Indonesia.
Foto: Ayunda Swacita, peserta WCF 2016 dan koleksi pribadi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H