Seorang perajin Papua setengah baya tampak asyik membuat kerajinan. Dia sama sekali tak terganggu dengan kesibukan di sekitarnya. Sesekali dia membalas sapaan dan pertanyaan orang yang menghampirinya. Sementara di sekitarnya, tampak hasil-hasil kerajinan dari kayu dan bahan lainnya, kerajinan khas Papua yang indah dan eksotis.
Itulah yang dapat dilihat di booth PT. Freeport Indonesia pada acara Kompasianival 2016 yang diselenggarakan oleh Kompasiana di Gedung SMESCO di bilangan Pancoran, Jakarta Selatan. Dalam acara “kopi darat” para penulis, pewarta warga, dan blogger yang diadakan Sabtu, 8 Oktober 2016 tersebut, perusahaan tambang yang beroperasi di Papua itu memang menjadi salah satu sponsor.
Selain menampilkan kerajinan tangan khas Papua, PT Freeport Indonesia itu juga menampilkan aktivitas tanggung jawab sosial perusahaan atau yang sekarang mungkin lebih dikenal dengan singkatan CSR yang berarti Corporate Social Responsilibity.
Pihak perusahaan itu misalnya menyajikan brosur tentang Institut Pertambangan Nemangkawi (IPN), Suatu institusi pendidikan yang didirikan oleh PT Freeport Indonesia. Tujuan lembaga pendidikan tersebut adalah menyediakan program pra-magang, magang, dan kesempatan pengembangan karier lanjutan, terutama tentunya bagi putera dan puteri Papua.
Dibangun di lahan seluas 6 hektare, IPN memiliki perpustakaan teknis, tiga blok ruang kelas, dan dua bengkel besar. Juga tersedia tiga area simulasi tambang bawah tanah dalam skala penuh, sehingga mereka yang belajar di IPN berkesempatan melakukan praktik lapangan dengan baik.
Setidaknya ada lebih dari 300 instruktur di IPN yang telah terakreditasi secara internasional. Mereka inilah yang membantu pendidikan para siswa, yang juga berkesempatan mencoba 10 simulator dan 20 truk serta alat berat, yang nantinya harus mampu dikuasai dan dikendalikan mereka yang bekerja di bidang pertambangan.
Brosur lainnya yang disediakan di tempat itu adalah mengenai keberadaan Lapangan Terbang Mulu. Terletak di Tsinga, lapangan terbang itu terletak di ketinggian 1950 meter di atas permukaan laut. Bila sebelumnya orang menempuh berjalan kaki dari Tsinga ke Timika memerlukan waktu empat hari, dengan adanya lapangan terbang itu waktu tempuh diperpendek hanya 15 menit saja dengan menggunakan pesawat terbang.
Tersedia dua kali penerbangan tiap minggunya, rute Tsinga-Timika dilayani oleh pesawat Pilatus Porter milik Susi Air. Harga tiketnya sampai saat ini masih disubsidi, sehingga setiap penumpang cukup membayar Rp 175.000.
Di luar itu, perusahaan tambang itu kini juga mengajak para peserta Kompasianival2016 untuk mengikuti kontes foto bertajuk “Bicara Papua” yang hasil fotonya diunggah di twitter dan tanda pagar (tagar) #BicaraPapua. Setidaknya melalui kontes foto itu, Papua dapat lebih dikenal dan diapresiasi masyarakat luas, di Indonesia dan di mancanegara.
Foto: koleksi pribadi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H