Lihat ke Halaman Asli

Berty Sinaulan

TERVERIFIKASI

Penulis, Pewarta, Pelatih Pembina Pramuka, Arkeolog

Mainan Jadul, Kenangan Masa Kecil

Diperbarui: 5 Februari 2016   10:21

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mainan masa kecil yang sering juga disebut mainan jadul (jaman dulu), kenang-kenangan membahagiakan di masa kecil. (Foto: BDHS) 

Bagi banyak orang – saya tak menyebut semua – kenangan masa kecil adalah kenangan yang membahagiakan. Kenangan saat kita lebih banyak bermain, daripada harus bekerja mencari nafkah. Kenangan saat kita disayang orang tua dan orang-orang yang lebih tua dari kita, digendong, diajak main, disuapi makanan, dan banyak lagi kenangan menyenangkan lainnya.

Bicara soal kenangan masa kecil, bagi banyak orang – sekali lagi saya tak menyebut semua – tentu teringat pula dengan mainan-mainan yang pernah dipunyai dan dimainkan saat kecil. Kebetulan, beberapa saat lalu saya berhasil menemukan kembali beberapa mainan masa kecil yang mungkin banyak di antara kita juga mengenalnya. Mainan jadul (jaman dulu), mungkin begitu sekarang orang menyebutnya. Mainan-mainan yang biasa dikenal umum pada tahun 1960-an sampai akhir 1970-an.

Itu adalah mainan figurine (boneka kecil) dari plastik. Mainan yang sangat sederhana bentuk dan warnanya. Mainan yang bisa diproduksi dalam jumlah banyak dan dalam waktu cepat, hanya dengan memasukkan plastik cair ke dalam cetakan berbentuk tokoh. Setelah jadi, dilepas dari cetakannya. Jadilah mainan figurine plastik, yang umumnya berbentuk tentara.

Bentuk dan posisi gayanya bermacam-macam, namun umumnya berukuran sekitar 4,5 sampai 5 sentimeter. Umumnya hanya terdiri dari satu warna saja, ada warna biru, hijau, merah, hitam, dan kuning. Tidak banyak yang berwarna putih.

Saat memainkannya, maka sang anak harus mempunyai imajinasi yang cukup luas. Berbeda dengan mainan zaman sekarang yang sudah ada mesin dan batere, seperti robot atau mobil RC, untuk menggerakkan mainan jadul tak ada tenaga penggerak otomatis, harus digerakkan sendiri oleh mereka yang bermain. Sambil membayangkan seperti seorang tentara, sang anak memaju-mundurkan mainan itu dan berteriak, “dor, dor, dor”.

Uniknya bagi sang mainan. Ketika dewasa, mainan itu ditinggalkan banyak orang, dibuang atau ditelantarkan begitu saja. Akibatnya, banyak dari antara mainan itu yang sudah tak bisa ditemukan lagi. Sebaliknya, mainan-mainan semacam itu yang sekarang masih tersisa, justru bernilai cukup tinggi. Apalagi di kalangan kolektor mainan. Bisa beratus bahkan beribu kali lipat dari harga aslinya. Kalau dulu mungkin dibeli hanya sekitar Rp 10 (sepuluh rupiah), sekarang bisa jadi harganya Rp 10.000 (sepuluh ribu rupiah). Tapi tentu saja nilai kenangan masa kecil yang bahagia, jauh dan jauh lebih tinggi daripada sekadar nilai uang.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline