Lihat ke Halaman Asli

Berty Sinaulan

TERVERIFIKASI

Penulis, Pewarta, Pelatih Pembina Pramuka, Arkeolog

Kabar dari Korea (14): Saling Bertukar Badge

Diperbarui: 9 November 2015   19:37

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Beragam badge dari Konferensi ke-25 Kepanduan Kawasan Asia-Pasifik, hasil tukar-menukar dengan sesama Pandu selama acara berlangsung. (Foto: Berthold DHS)"][/caption]

Saling bertukar badge (lambang dari kain, biasanya dibordir) dan pin (lambang dari logam atau plastik), sejak lama telah menjadi bagian tak terpisahkan dari suatu kegiatan besar kepanduan. Masing-masing delegasi atau kontingen biasanya mempunyai lambang khusus yang dibuat menjadi badge dan pin. Selain untuk dipasang pada seragam kepanduan, juga dibawa untuk dipertukarkan di arena kegiatan.

Tukar-menukar sejatinya bukan sekadar saling menyerahkan badge masing-masing. Tetapi merupakan bagian dari pertemuan persahabatan, baik dengan yang sudah saling mengenal maupun dengan kawan baru yang ditemui di arena kegiatan itu. Jadi, saat terjadi proses tukar-menukar biasanya juga dibarengi dengan saling menukar kartu nama untuk mengetahui lebih lengkap identitas masing-masing.

Tak jarang juga disambung dengan percakapan hangat, baik membahas tentang kepanduan di negara masing-masing, maupun hal-hal yang menarik lainnya. Sering kali pula di antara dua orang yang baru bertemu, ternyata mempunyai minat dan kegemaran yang sama. Misalnya sama-sama menyukai membaca buku, mencicipi masakan, kesenangan pada topik-topik tertentu, seperti sejarah, petualangan di alam terbuka, dan sebagainya.

Hal serupa juga terjadi saat berlangsungnya Konferensi ke-25 Kepanduan Kawasan Asia-Pasifik (25th Asia-Pacific Regional Scout Conference) di Kim Daejung Convention Centre, Gwangju, Korea Selatan, 3-8 November 2015. Bahkan sampai sesudah konferensi berakhir, dan saat bersiap untuk kembali ke negara masing-masing, tukar-menukar badge disertai mempererat jalinan persaudaraan antarpandu masih terus berlangsung.

Sayangnya, sejak beberapa tahun terakhir, ada kecenderungan bahwa mulai terdapat juga aksi “jual beli” badge. Artinya badge yang diinginkan tidak bisa didapat dengan saling menukar, tetapi harus membeli dari pihak penjualnya. Kali ini pun kabarnya ada delegasi yang sengaja menjualnya untuk mereka yang ingin memilikinya.
Tentu saja penjualan badge bukan hal yang salah, apalagi kalau memang ada yang berminat membelinya. Tetapi dengan transaksi “jual beli” semacam itu tampaknya semangat sesungguhnya dengan saling tukar-menukar, yaitu untuk menjalin dan menambah persaudaraan, menjadi berkurang.

Tak heran pula bila banyak juga Pandu yang menolak untuk membeli badge yang dijual, dan mereka lebih senang mengumpulkannya dengan cara saling bertukar badge. Apalagi kalau langsung di tempat kegiatan acara itu. Berbeda dengan badge dan pin yang dijual di booth (stan) khusus yang memang biasanya juga terdapat di suatu acara kepanduan yang besar. Badge dan pin yang dijual memang merupakan “souvenir”, hanya untuk kenang-kenangan semata.

Tetapi apa pun itu, saling bertukar badge di arena kepanduan – apalagi di acara internasional – tampaknya akan semakin semarak di tahun-tahun mendatang. Sekarang yang diperlukan adalah kemampuan mendesain gambar atau lambang yang menarik, kemudian memproduksinya dengan baik pula. Sehingga para Pandu akan mau bertukar badge dengan badge milik kita.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline