Lihat ke Halaman Asli

Berty Sinaulan

TERVERIFIKASI

Penulis, Pewarta, Pelatih Pembina Pramuka, Arkeolog

Jutaan Orang dalam “Ramai yang Sepi”

Diperbarui: 17 Oktober 2015   21:48

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Logo JOTA dan JOTI yang tahun ini diselenggarakan 16-18 Oktober 2015. (Koleksi: WOSM)"][/caption]

Selama tiga hari, 16 sampai 19 Oktober 2015, jutaan orang dari seluruh dunia beraktivitas dalam “ramai yang sepi”. Mereka adalah para pandu yang di Indonesia disebut Pramuka. Tiga hari ini, jutaan pandu mengikuti kegiatan Jamboree On The Air (JOTA) dan Jamboree On The Internet (JOTI).

Berbeda dengan aktivitas jambore biasanya yang dilakukan di suatu bumi perkemahan, maka JOTA dan JOTI dilaksanakan cukup dari tempat atau rumah masing-masing. Bila pada JOTA, aktivitasnya dilakukan dengan menggunakan perangkat amatir radio – yang di Indonesia dikelola oleh para anggota Organisasi Amatir Radio Indonesia (ORARI) – maka pada JOTI, para peserta menggunakan komputer personal, komputer jinjing, atau telepon genggam pintar (smart phone) yang terhubung dengan jaringan internet.

Kegiatan yang dilaksanakan World Organization of the Scout Movement (WOSM), organisasi kepanduan sedunia, merupakan acara tahunan yang telah diadakan sejak 1950-an untuk JOTA, dan sejak akhir 1990-an untuk JOTI. Tak salah bila WOSM menyebut JOTA dan JOTI sebagai kegiatan terbesar kepanduan sedunia, karena jumlah pesertanya pasti banyak sekali di antara 40 juta anggota pandu di seluruh dunia.

Siapa pun anggota kepanduan boleh ikut JOTA dan JOTI. Berbeda dengan jambore seperti jambore kepanduan sedunia yang dibatasi hanya untuk mereka yang berusia 14-17 tahun, atau World Moot (di Indonesia diistilahkan dengan Raimuna) yang pesertanya hanya untuk yang berusia 18-25 tahun. JOTA dan JOTI terbuka untuk semua, tidak dibatasi usia dan juga tak perlu repot-repot datang ke bumi perkemahan di mana diselenggarakan jambore atau Moot tersebut.

Hanya berbeda dengan aktivitas besar seperti jambore kepanduan sedunia yang pesertanya bisa mencapai 40.000 orang, atau World Moot yang diikuti sekitar 15.000-20.000 peserta, maka JOTA dan JOTI walaupun pesertanya sampai jutaan orang, tampaknya kurang terekspos. Seolah senyap, tak diketahui umum.

Memang, kalau ada jambore atau Raimuna di satu tempat, pasti dapat langsung dilihat masyarakat luas. Gegap-gempitanya juga terdengar di sekitar tempat itu. Berbeda dengan JOTA dan JOTI. Peserta tidak perlu berkemah, cukup dari ruang di rumah masing-masing atau di sanggar Pramuka, sudah dapat ikut berpartisipasi. Jelas tak terlihat orang luar, dan tak heran bila aktivitas JOTA dan JOTI terlihat sepi.

Walaupun demikian, sebenarnya selama tiga hari jalur frekuensi amatir radio di seluruh dunia menjadi amat sibuk. Begitu pula pemakaian jaringan internet, penggunaan skype, chat channel, dan beragam media sosial, menjadi bertambah ramai. Para pandu dari seluruh dunia saling berusaha menghubungi satu sama lain. Ini adalah kesempatan emas untuk berinteraksi dengan para pandu dari seluruh dunia tanpa harus mengunjungi negara atau tempat penyelenggaraan jambore dan Moot.

Hanya dengan biaya sedikit dan cukup dari tempat tinggal masing-masing – khusus untuk JOTA penggunaan perangkat amatir radio harus didampingi orang berlisensi, yang di Indonesia harus mempunyai call sign resmi dari ORARI – maka jadilah percakapan dan saling berbagi antarpandu. Percakapan yang akan berkembang menjadi persaudaraan dan saling pengertian satu sama lain. Pada gilirannya dari saling pengertian itu diharapkan akan tumbuh sikap toleransi, saling menghargai satu sama lain. Sama-sama sejalan untuk hidup berdampingan dan menjadikan bumi sebagai tempat tinggal untuk semua. Sejalan juga dengan slogan WOSM, “Scouts, creating a better world” atau terjemahan bebasnya: para pandu, (membantu) menjadikan dunia lebih baik.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline