Lihat ke Halaman Asli

Bert Toar Polii (Bertje)

Atlet, Pelatih, Jurnalis Bridge

Sejarah Kejurnas Antar Propinsi & Antar Gabungan, Tahun Ini di Mana?

Diperbarui: 24 Januari 2024   10:06

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kejurnas Bridge Terbesar 2017 di Sidoarjo Koleksi pribadi

SEJARAH KEJURNAS ANTAR PROPINSI & ANTAR GABUNGAN, TAHUN INI DIMANA?

Oleh : Bert Toar Polii

Kejuaraan Antar Propinsi adalah salah satu nomor paling bergengsi di Kejurnas Bridge selain nomor Antar Kabupaten/Kota atau yang lebih dikenal sebagai Antar Gabungan.

Awalnya kedua kejuaraan ini dilaksanakan terpisah, Antar Gabungan pada tahun ganjil dan Antar Propinsi pada tahun genap sehingga penyelenggaraannya menjadi dua tahun sekali. Antar kota dimulai pada tahun 1965 di Jakarta dengan memperebutkan Scorpio Bowl. Nama piala diambil dari nama perusahaan otomotif Scorpio motors dimana pemiliknya Alex Frans Logyantara yang menjadi pencetus event ini.

Tahun 1972 justru diganti menjadi Antar Gabungan dan Piala diganti menjadi Piala Presiden Soeharto mulai tahun 1969.

Pada mulanya, setiap regu terdiri dari kombinasi tiga tim empat-kawan dengan jumlah pemain minimum 12 orang dan maksimum 18 orang. Oleh karena jumlah peserta makin bertambah banyak, mulai tahun 1974 peserta dibagi dalam dua klasemen. Klasemen A terdiri dari delapan Gabungan terbaik hasil Kejurnas sebelumnya, dan sisanya di klasemen B. Tahun 1975, Sidang Pengda yang berlangsung di Banjarmasin, menambah jumlah peserta Klasemen A menjadi 10 Gabungan. Kemudian berdasarkan keputusan Kongres GABSI tahun 1980 di Baleendah, Bandung, sejak tahun 1982 setiap Tim Antar Gabungan terdiri dari kombinasi 2 tim empat-kawan, dan jumlah peserta klasemen A menjadi 16 Gabungan. Kongres GABSI 2010 di Batam kemudian merubah menjadi hanya satu pat-kawan. Namun tetap mempertahankan sistim pertandingan dua pat-kawan tapi hanya untuk Antar Propinsi.

Kejuaraan Antar Propinsi sendiri baru dimulai tahun 1995 di Kuta Bali dengan satu pat-kawan dan baru berubah jadi dua Patkawan tahun 2012 di Jakarta.

Setelah mempelajari perkembangan bridge sejak berkecimpung di olahraga ini tahun 1971 maka pada Kejurnas Bridge Lubuk Linggau 2016 saya menulis ide untuk menggabungkan kedua nomor pertandingan besar ini dalam satu event dan bisa terlaksana setahun sekali sehingga runtinitas pembinaan terjaga. Selain itu ada subsidi silang antara Propinsi dan Kabupaten/Kota. Gayung bersambut, Mukernas GABSI Lubuk Linggau meminta PB Gabsi mempelajari ide ini. Setelah dicermati, ide ini menarik dan mungkin dikerjakan apalagi tuan rumah Surabaya siap melaksanakan maka akhirnya ide ini terwujud. Tahun 2017 di Sidoardjo dan 2018 kedua event Antar Propinsi dan Gabungan digabung.

Tahun 2019 di Jakarta kembali hanya mempertandingkan Kejurnas Antar Propinsi karena dikaitkan dengan PRA-PON 2020 di Papua. Selanjutnya tidak ada Kejurnas Bridge karena pandemic covid-19 dan baru tahun 2023 diadakan Kejurnas Bridge lagi dan kembali hanya dipertandingkan nomor Antar Propinsi karena juga dikaitkan dengan PRA-PON Sumut-Aceh 2024.

Tahun 2022 di Kejurnas Bridge Solo dipertandingkan nomor Antar Gabungan. Berkaca dari dua Kejurnas Bridge terakhir seharusnya tahun ini Kejurnas Bridge Antar Gabungan atau kembali di gabung seperti tahun 2017 dan 2018.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline