Pengalaman Bermain Bersama Isteri
Oleh : Bert Toar Polii
Dulu suami-isteri dianjurkan tidak menjadi pasangan di meja bridge. Ini terpengaruh karena cerita lama tentang seorang isteri yang membunuh suaminya akibat bertengkar di meja bridge.
Bridge Table Murder Case yang terjadi tahun 1929 di Kansas City memang cerita nyata yang menyeramkan.
Tidak usah di luar negeri, di Surabaya inipun pernah terjadi, walaupun tidak sampai terjadi pembunuhan. Pasangan suami isteri setelah bertengkar di meja bridge akhirnya saling tampar dan kemudian memilih berpisah. Akibatnya Almarhum Pur Byantara sebagai Ketua Pengprov Gabsi Jatim sempat mengeluarkan larangan dimana suami-isteri tidak berpasangan.
Namun sepertinya saat ini sudah tidak berlaku lagi. Sekarang banyak pasangan suami-isteri dan malah prestasinya cukup mencolok.
Sebut saja pasangan Lusje Bojoh dan Taufik G Asbi. Pada latihan Mampang Bridge Online setiap hari Senin, Rabu, Jumat dan Minggu malah ada cukup banyak pasangan suami-isteri yang ikut bertanding dan tenang-tenang saja.
Selanjutnya penulis ingin menceriterakan pengalaman bertanding bersama isteri di Kejurnas Bridge 2008 di Banten.
Pertandingan Mixed Pairs Kejurnas tahun itu rasanya merupakan kali pertama dimana hampir semua pemain terbaik Indonesia tumplek. Mungkin juga karena nomor pertandingan Mixed Pair untuk pertama kali akan dipertandingkan di PON XVII maka banyak pasangan mixed yang akan terjun di arena PON memanfaatkan arena ini sebagai arena uji coba.
Bayangkan di putra ada Denny Sacul, Taufik Asbi, Robert Tobing, Noldy George, Jemmy Bojoh dan Leslie Gontha sedangkan dibagian putri hampir semua pemain nasional ikut kecuali Riantini yang sedang hamil. Ada Lusje, Joice, Fera, Irne, Conny, Suci, Nana dan lain-lain. Selain mereka, Jabar, Banten, Sumbar, Kaltim, Kalbar dan Sulut memanfatkan arena ini sebagai latih tanding untuk PON.
Penulis sendiri ikut bermain bersama istri. Pengalaman bermain bersama istri pada awalnya begitu menyenangkan (sebelum kawin) tapi selanjutnya setelah kawin situasi berubah. Masing-masing mempertahankan egonya dan akhirnya pertengkaran dimeja bridge berlanjut dirumah. Untunglah setelah usia makin meningkat dimana masing-masing bias menahan egonya sehingga akhirnya situasi seperti saat pacaran bisa terulang kembali. Beberapa aturan telah dibuat (walaupun sering juga dilanggar ) seperti jangan diskusi diatas meja, semua kesalahan wajib dicacat dan nanti didiskusikan dirumah dan terakhir buru-buru minta maaf kalau sudah salah.