Dalam entri blog kali ini, saya membahas bagaimana saya menyikapi pragmatisme demi menjalani kehidupan yang seimbang.
Berdasarkan website bunghatta.ac.id, berikut definisi pragmatisme:
"Pragmatisme adalah sifat atau ciri seseorang yang cenderung berfikir praktis, sempit dan instant. Orang yang mempunyai sifat pragmatis ini menginginkan segala sesuatu yang dikerjakan atau yang diharapkan ingin segera tercapai tanpa mau berfikir panjang dan tanpa melalui proses yang lama."
Berikut juga definisi pragmatisme menurut website law.uad.ac.id:
Seseorang yang mempunyai sifat pragmatis selalu menginginkan hasil yang cepat tanpa melibatkan proses yang lama, meski dalam praktiknya hal ini dapat membuat hasil tidak sesuai dengan yang diharapkan.
Sifat praktis, sempit, instan, dan tanpa mau proses berpikir panjang menjadi kata kunci kedua definisi tersebut. Menurut saya, pragmatisme akan sangat berguna di dunia industri dan dapat menguntungkan kehidupan kita jika ditempatkan dengan tepat dan seimbang.
Namun, jika sebagian besar diri kita tercurahkan pada pragmatisme dan lapisan-lapisan diri kita terkesan terserap olehnya, maka dapat terjadi ketidakstabilan dan keletihan mental.
Saya sendiri adalah orang yang pragmatis. Saya membiasakan diri untuk menyederhanakan segala sesuatunya demi membuat keputusan yang cepat dan ringkas.
Sekali lagi, saya berusaha menempatkan pragmatisme pada tempat yang tepat. Pragmatisme membuat banyak pekerjaan menjadi lebih ringkas, cepat, dan efisien yang menimbulkan perkembangan dan kemajuan.
Namun, terdapat beberapa hal dalam hidup yang tidak selalu dapat diselesaikan secara pragmatis.