Lihat ke Halaman Asli

Lelaki Bermata Pisau

Diperbarui: 11 Juni 2023   21:11

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Raungan sirine membelah malam. Aku sedang duduk terkantuk-kantuk di ruang piket IGD ketika sebuah ambulans memasuki halaman rumah sakit. Seorang lelaki korban kecelakaan tergolek berlumuran darah. Segera kubersihkan darah yang mengental di kepalanya dan kulakukan beberapa tindakan untuk menghentikan pendarahan. Luka tersebut kujahit dan kuperban sebelum akhirnya pasien dipindahkan ke ruang perawatan. Aku segera berkemas pulang karena akan segera berganti shift. Sempat kudengar suara lelaki itu bergumam 'terima kasih' dan mengarahkan pandangannya padaku. Seketika aku tercekat menangkap pandangan matanya yang tajam. Setajam mata pisau.

Bersamaan dengan berkumandangnya azan maghrib aku bertemu lagi dengannya di perempatan Pelangi. Lelaki bermata pisau dengan tatapannya yang selalu mengarah padaku, meski aku tahu persis banyak orang lalu-lalang di perempatan itu. Aku tak mengingat namanya, lebih tepatnya tak sempat tahu siapa namanya karena malam itu aku hanya menjalankan tugasku sebagai tenaga medis yang memberikan pertolongan darurat pada pasien IGD. Aku tak menjalankan shalat maghrib karena masih berhalangan sehingga yang kulakukan tetap duduk di halte perempatan pelangi menunggu Kopada terakhir lewat.

"Mbak! Ayo naik!" sapa kernet Kopada mengagetkanku. Aku tersadar ketika tiba-tiba Kopada langgananku sudah berhenti tepat di depanku. Buru-buru aku naik tanpa mempedulikan beberapa gerutuan kecil penumpang lain yang terdengar seperti 'bengong aja, sih' sambal mencari tempat favoritku di pojok belakang karena rumahku paling jauh. Biarlah apa kata orang, yang penting aku dapat melepas lelah di dalam Kopada selama satu jam ke depan.

Minggu kedua bulan Agustus aku harus piket malam lagi. Kali ini aku sendirian di IGD. Nita yang biasanya menjadi pasangan piketku izin mendadak sehingga tidak dapat digantikan oleh pegawai lain. Malam yang merambat sepi tak seperti biasanya. Kualihkan perhatianku dengan membaca novel yang kubawa dari rumah untuk membunuh waktu. Entah berapa lama aku larut dalam cerita novelku hingga tanpa kusadari ada suara lirih memanggilku. Kuedarkan pandangan ke sekitar, namun tak ada tanda-tanda kedatangan seseorang. Tiba-tiba di halaman rumah sakit tampak sosok yang telah akrab dalam pandanganku. Lelaki bermata pisau? Aku bangkit dan bermaksud menghampirinya namun ketika dari masjid seberang alun-alun berkumandang azan subuh lelaki itu telah menghilang.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline