Lihat ke Halaman Asli

Tertikam Mata Pena

Diperbarui: 1 Mei 2019   09:42

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Mungkinkah dia mati
tertikam mata penanya sendiri
sebab bahasa sunyi
menggelegar suara hati pribumi
tersembunyi di balik sanggul ronce melati

Mungkinkah dia kalah
terpanah sorot matanya sendiri
sebab tatapan harapannya
mampu menembus tembok setebal tiga puluh Inci
meluncurkan kata-kata melampaui batas cakrawala

Mungkinkah dia harus pulang
karena langkahnya jauh lewati garis sinjang*
tepat di saat penjara kata memacu penasaran
tepat di saat dia harus kembali terikat
dan kembali menautkan diri dalam belikat

Jasadnya telah tiada
namun namanya selalu melekat di sela deretan abjad
sinar matanya masih nyata di antara deretan kata-kata
semangatnya selalu menyelinap di setiap kalimat
jasadnya telah purna -mengantarkan segenggam keniscayaan-

Catatan:

*kain yang dipakai wanita Jawa
Bekasi, 2019/04/20

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline