Lihat ke Halaman Asli

Senandung Cinta Watugunung

Diperbarui: 28 April 2019   15:13

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Alkisah Sang Dewi Sinta, permaisuri Prabu Palindriya
terbakar cemburu pada madunya
lepaskan pelukan Sang Raja, hutan belantara sebagai rumahnya
memondong kecewa dan kandungannya
Jaka Buduk terlahir papa di luar pagar istana
tumbuh meremaja, berkelanalah Sang Jejaka
menjelma Radite, sedap namanya terdengar di telinga

Berganti bulan dan tahun, matahari terus berevolusi
Radite berkuasa, raja Gilingwesi berjuluk Prabu Watugunung
gemar berburu melepaskan rindu, tiada buruan dibawa pulang
putri jelita menjerat kalbunya, terpateri cinta keduanya
membuahkan dua puluh delapan putra

Suatu ketika, permaisuri menyisir rambut Sang Raja
bekas luka memicu tanya, gerangan apa
Watugunung mengenang masa bersama Sang Bunda
dipukul sendok nasi hadiah bengalnya
tak syak, Sang Permaisuri terpana
Watugunung bercinta dengan ibunda
oh dewata, dosa apa kiranya

Keraton yang damai telah terusik
genderang perang mengobarkan nyala api
Watugunung terkapar mencium bumi
kembali dalam roh abadi

Nelangsa Sang Dewi Sinta
beserta putra  bela pati dalam nyala api
genap tiga puluh jiwa, terabadikan dalam almanak Jawa

Bekasi, 09 Maret 2019

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline