Menjadi relawan sejak Ir Joko 'Jokowi' Widodo jadi calon Gubernur DKI 2012, kemudian berlanjut capres 2014, dan masa jelang Jokowi dipastikan partai pengusung PDI-P sebagai capres petahana merupakan persimpangan jalan politik yang memaksa pikiran relawan untuk memutuskan posisi politik Pemilu 2019. Saya sebagai relawan yang aktiif juga di blog media kompasiana, memutuskan untuk dengan spirit relawan masuk ke panggung politik formal-struktural.
Saya pun menimbang tiga kriteria yang kiranya dimiliki partai yang akan dipilih dan diputuskan sebagai kendaraan politik, yakni pertama, "partai baru" dan, kedua, partai baru itu (tentu) berpeluang melampaui 'pt' atau parliamentary threshold, agar merepresantasikan konstituen pemilih di gedung rakyat di Senayan. Kriteria ketiga, dan terutama lainnya adalah partai itu adalah pendukung calon presiden petahana (incumbent) ya, Jokowi. Maka, saya pun yakin dan memutuskan partai Perindo besutan Hary Tanoesoedibjo memenuhi tiga kriteria itu.
Memang, jadi caleg 2019 bukan pertama kali bagi saya sebagai relawan dan kompasianer. Tahun 2004, saya (pernah) maju sebagai caleg partai PIB (Perhimpunan Indonesia Baru) besutan Dr. Sjahrir, dari Dapil Maluku; dan, 2009 memilih jalur non-partai sebagai calon Senator atau calon Dewan Perwakilan Daerah (DPD), jika jadi terpilih ketika itu, juga dari Dapil Maluku. Pemilu Tahun 2014 lalu, saya memutuskan jadi Relawan capres Jokowi-JK, setelah Gubernur DKI itu diusung PDI-P. Maka, Pemilu 2019, saya adalah warga kompasianer aktif yang memiliki jejak, motivasi dan target politik minimum dan maksimum yang jelas dan realistis, untuk berpartisipasi secara jujur dan adil, seperti impian dan spirit para volunteer politik.
Tentu, saya amat bahagia dan bangga, bila komunitas kompasiana, yang dimotori Kang Pepih Nugroho atau pelanjutnya, secara profesional mengawal stakeholder Pemilu 2019, ya kita semua, mengawal Pemilu 2019 berkualitas, seperti diharapkan capres petahana Jokowi, bahwa "Pemilu 2019 adalah ajang kontestasi ide dan gagasan, kontestasi rekam jejak; bukan, kontestasi "cemoohan, fitnah dan hoaks".
Saya bangga dan bahagia, bahwa pernah dan akan terus tetap menjadi anggota rumah komunitas sharing (berbagi), warga "rumah sehat" kompasiana, yang tetap perduli. Sebagai caleg Perindo, Dapil 2, Jabar, ternyata lewat Kompasiana juga, saya menulis beberapa kali tentang Dapil saya 4 tahun lalu.... menulis tentang,Bandung Barat Dapil Saya, Jabar antara lain "Semalam di Malaysia, Sekejap di Cianjur, (Kompasiana, 4 September 2009); Rukana: "...Bikin Bandung Selatan Lautan Api!"(Kompasiana, 19 Februari 2010), dll.
Itu artinya, saya konsisten dan tetap memandang integritas, dan dukungan pada Good and Clean Governance", sebagai sine qua non, as a must (suatu syarat mutlak) dan hal itu oleh banyak kalangan telah dilaksanakan Jokowi, capres petahana, secara istimewa, hasil Pemilu 2019, mengkonfirmasi hal itu. Tentang hubungan hasil (suatu) Pemilu(-kada) dan kepuasan publik pada sebuah pemerintahan bersih dan berwibawa, pilkada DKI 2016 hanya sebuah distorsi. Pilpres (pemilu presiden) rasa Pileg (pemilu legisatif, atau Pileg rasa pilpres 2019, yang pertama kali kita alami, kita ingin menikmati dalam suasana gembira hati. Ya ini pesta rakyat Indonesia. Pemilu 2019 kita rakyat Indonesia patut bersukaria dalam kontestasi yang sehat.
*) Penulis, kompasianer, Caleg (2019) Partai Perindo
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H