Pernyataan umpan (feeding statement) ke arah Pimpinan PDI-P, khususnya ke Ibu Megawati Soekarno sebagai diwartakan Kompas.com, kalau-ditawari-bu-mega-masuk-pdi-p-aku-enggak-bisa-nolak), langsung mendapat tanggapan publik. Tanggapan positif datang dari Leonard Tobing (Selasa, 01 Mei 2018 | 10:45). Leonard menulis, "Masuklah jadi kader PDI-P dan calon legislatif dari dapil 1 Sumut, aku dan keluarga ku yg milihmu duluan."
Namin tidak sedikit yang beri respons miring dengan feeding statemen mantan anggota legislatif Partai Demokrat ini: "Siapa yg nawarin, elu yg nyosor hut (Ruhut) setelah dipecat dari partai terakhir yg kau bilang itu, makanya kalau ngomong dipikir dan diukur oleh track record sendiri, kalau memang kutu loncat jangan bilang partai terakhir", tulis O R Natawijaya ( di kolom tanggapan Kompas.com tersebut (Selasa, 01 Mei 2018 | 08:54.).
Sementara, beberapa orang atas cara berbeda menulis tanggapan yang to the two points, halPartai Demokrat sebagai Partai terakhir, dan "mulutmu harimaumu", adagium politik yang kental di lidah Ruhut, yang bersinar dalam debat, terutama di ILC besutan Karni Ilyas. Abi Tado, menulis: "Kau bilang demokrat partai terakhir ku....mulutmu harimaumu," (Selasa, 01 Mei 2018 | 08:02).
Kalau harus memberi masukan kepada bu Mega, saya mengutip ucapan alm. RM. Arie Hendrosaputro, atau populer dikenal sebagai, Bang Napi: "Waspadalah, waspadalah: kejahatan. Kejahatan bukan semata-mata karena ada niat dari pelakunya, tetapi juga karena ada kesempatan! "Waspadalah! Waspadalah!"
Namun, jika Anda Ibu Mega, "Apa yang akan Anda katakan saat menimbang permohonan Bung Ruhut?" Itu rahasia Andalah. Hanya janji potong kuping Bang Ruhut, jika Ahok kalah, belum terlaksana seperti ketika ditantang Hotman Paris, dalam video ini:
*). Penulis, Ketua ex officio Partai PIB 2003-2006, pimpinan DR. Sjahrir.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H