Lihat ke Halaman Asli

Berthy B Rahawarin

TERVERIFIKASI

"Lullaby Award" untuk Soleha

Diperbarui: 26 Juni 2015   02:43

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Belum ada sebuah tanda-penghargaan atau Award untuk tugas mendendangkan lagu Nina-Bobo, kepada orang-orang terkasih dalam peluk Anda, menjelang tidur. Lullaby Award hanyalah sebuah rekaan akan kenyataan, apabila Anda (pernah) jadi seorang bocah tak mampu, yang setelah dibesarkan, dapat mengucapkan terimakasih, dan mengikuti harapan dan nasihat dalam dalam syair lagu harapan pengasuh atau Bunda Anda.

Wanita yang mengandung, melahirkan dan mendendangkan lagu nina-bobo, tampaknya merasa bangga dan terhormat, bila si bayi dalam pangkuannya akan menjadi seperti kumandang penuh harap dalam syairnya. Kemuliaan, ketulusan dan kehormatan (orang kepada) Anda adalah kehormatan untuk dia, wanita pengasuh itu.

Memang dalam kenyataannya, Lullaby dan Award yang dikenal (dalam dunia musik) hanyalah lagu “Whiskey Lullaby” yang dinyanyikan Alison Krauss pada tahun 2003 dan merasuk banyak pemuda Amerika beberapa tahun kemudian. Braid Pesley, yang kadang berduet dengan Krauss, kemudian menyanyikan lagu tersebut di Gedung Putih untuk menghibur keluarga Barrack Obama. Tetapi, isi lagu itu tidak ada sangkut paut dengan penghargaan kepada pendendang lagu Nina Bobo. Syairnya hanya mengisahkan frustrasi “dua remaja yang sedang jatuh hati”, ya, Romeo dan Juliet ala Amerika modern, yang mengakhiri hidup masing-masing setelah kumandang syair “Nina-Bobo alkohol”, whiskey lullaby. Jalan hidup yang tidak ada dalam syair harapan nan mulia nina-bobo yang dikenal kebudayaan dunia.

Nina-Bobo dan Harapan Universal

Dalam catatan-catatan budaya, bentuk lagu nina-bobo dianggap ada sejak adanya peradaban manusia, di semua tempat, dan oleh segala suku bangsa. Memiliki kesamaan-kesamaan dasar: bahwa, lagu-lagu nina-bobo (lullaby) tidak hanya sekedar lagu hiburan dan penghantar tidur si bayi dalam keranjang tidur atau alat penghantar tidur lainnya. Lagu nina-bobo adalah harapan dan kecemasan seorang ibu tentang masa depan anaknya. Lagu Que Sera, Sera, (Apa yang Terjadi Terjadilah) adalah salah satu contoh.

Sejenak renungi lirik nina-bobo dari Azarbaijan, buah pena Shovket Alekperova, sebagai berikut:

Şirin şirin yat ay bala; Boya başa çat ay bala;

Səndə bir gün öz səsini el səsinə qat ay bala; Sənə deyir lay-lay...

Hər otən quş hər otən çay; Bu gözəl şən anamız vətən

Hər şöhrətim şanım sənsən; Candan ayrı canım sənsən

Nə təmizdir qül nəfəsin; Sənə telli bir çəmansən

Sənə deyir lay-lay; Hər otən quş hər otən çay

Bu gözəl şən anamız vətən; Yat ay quzum şirin şirin

Həyat sənin dövran sənin; Qayğısıyla boy atırsan

Qucağında bu vətənin

(Artinya: Tidurlah anakku tersayang.

Tumbuhlah dewasa dan menjadi cerdas, bayiku sayang;

Suatu saat engkau akan ikut menambahkan suaramu kedalam suara semesta, anakku

Setiap burung terbang dan sungai yang mengalir

Ucapkan selamat tidur kepada anakku

Di bumi pertiwi yang penuh sukacita dan indah

Engkaulah Anakku, tanda kebanggaan dan sukacita.

Dari jiwakulah, jiwamu lahir anakku.

Nafasmu begitu harum dan tak ternoda.

Bagaikan angin sepoi-sepoi di ladang...

Lullaby juga bukan akronim pelesetan berpretensi (mutlak) pada bencana Lumpur Lapindo Brantas. Tapi, Lullaby Award dan para Pemberi Award, lebih mudah untuk menghantar orang tidur dan lupa ingatan pada harapan sebagian putera-puteri Bangsa yang berkorban "segala miliknya" karena sebuah bencana (nasional). Tragis memang.

Jika, lagu nina-bobo yang kita miliki di Nusantara, tidak lagi dapat membuat warga korban Lumpur Lapindo Brantas tidak bisa tidur nyenyak di hari Peringatan Kemerdekaan ke-66, di Sidoardjo, Jawa Timur, dengan lagu apa, sukacita dan kecemasan Ibu Pertiwi pada mereka?

Do’a wanita saleh, pada hari Selasa, 16 Agustus 2011, di ruang solidaritas itu, mengucurkan mutiara, ya air mata tentang harapan yang besar akan perobahan nasib bangsa ini. Air mata dari a holy inner most, jiwa terdalam wanita elok bathin dalam jilbab dan tasbih. Ingatku pada syair Siti Miriam, “Fiat voluntas Tua, o rege mundo”, terjadilah pada kami, sesuai Kehendak-MU, ya Robbal Alammin. Itulah penghargaan sejati. Pengumandang lagu nina-bobo terbaik untuk bangsa dan negara ini, dalam takwanya.

Harapan dan optimisme Indonesia yang baru dan bermartabat makin diserukan. Betapa pun ada alasan untuk cemas karena nurani yang 'terlantar' pada sebagian (kecil) warga, harapan dan perjuangan memacu kita untuk setia pada nurani dalam hal-hal kecil yang dapat kita capai bersama sebagai bangsa besar. Air mata wanita soleh itu adalah representasi empati pada Bunda(-bunda) Pertiwi yang penuh harap dan haqqul yaqin,  bekerja keras, tulus dan bersama, mendendangkan optimisme wujud Indonesia Baru dalam syair hidup Lullaby Award.

Gambar: unduh google

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline