Lihat ke Halaman Asli

Berthy B Rahawarin

TERVERIFIKASI

Megawati "is the Best in the Past...."

Diperbarui: 25 Juni 2015   23:05

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

[caption id="attachment_146312" align="alignleft" width="188" caption="Karikatur Megawati dari Kalijaga.com"][/caption]

Pernyataan politisi muda Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Maruarar Sirait (Minggu, 27/11) amat mengejutkan, walaupun telah diduga adanya, hal pencalonan kembali Megawati Soekarnoputeri, isteri Taufiek Kiemas, sebagai kandidat Presiden 2014. Pernyataan terbuka ini berarti Megawati kelak akan maju lagi untuk bertanding dari PDIP dan menghadapi dua rival yang telah siap, yaitu Aburizal Bakrie dari Golkar dan Prabowo dari partai Gerindera. Prabowo Soebijanto adalah mantan pasangan Capres Megawati pada periode pilpres 2009.

Formalisasi internal PDIP tinggal menunggu saatnya. Pernyataan pribadi Maruarar – seperti sinyalemennya -  merupakan suara umum yang hidup di tengah politisi PDIP hingga saat ini. Lewat sejumlah analisis, memang secara internal belum ada figur yang menyolok untuk bertarung. Sang Puteri, Puan Maharani, oleh sejumlah analis dianggap belum berpengalaman karena usia relatif muda.

Namun, selama belum muncul sebuah aklamasi yang melahirkan pernyataan bersama, kru kapal PDIP masih mungkin membiarkan diri dikemudi seorang Megawati, daripada membiarkan kepada seseorang yang malah menjadi faktor pengkerdilkan Partai, atau bahkan menghancurkannya. Betapa pun, bukan tidak mungkin aklamasi dapat menghasilkan “sisa kelompok kecil disobedience”, pilihan figur Megawati dapat saja berarti secara internal a choice of the best of the worst.

Pada hemat saya, bila terus menguat isu calon tunggal capres 2014 untuk Megawati sendiri, dapat melahirkan skisma politik baru, seperti periode sebelumnya, di mana Laksamana Sukardi dan rombongan harus meninggalkan PDIP dan membentuk Partai Demokrasi Pembaruan (PDP) dan menjadi salah satu peserta pemilu 2009, meskipun secara nasional tidak mencapai parliamentary threshold atau ambang-batas parlemen 2,5% ketika itu.

Tokoh senior Permadi yang menyeberang ke partai Gerindera, hanya kekecualian yang lain. Bila konsolidasi internal PDIP tidak sepenuhnya solid, perkiraan menyeberangnya politisi (muda) PDIP amat mungkin terjadi lagi. Pilihan dukungan kepada kandidat Presiden Prabowo atau Sri Mulyani Indrawati di kemudian hari dapat terjadi. Sulit melihat kalau kader PDIP dapat menyeberang ke kendaraan Golkar, rival di masa lampau hingga kini.

Secara ideal perjuangan, sosok seperti Budiman Sudjatmiko bukan tipe orang yang begitu saja menyetujui gaya Maruarar dalam mendorong isu Capres. Budiman dapat memiliki pertimbangan politik pragmatis, tetapi idealismenya dapat melahirkan sikap politik lain, jika Megawati benar-benar mencalonkan dan dicalonkan lagi.

Angkatan ketiga pilpres langsung dengan usia 35 tahun ke bawah sebagai pemilih terbanyak, tidak begitu mengenal Megawati dan perjuangannya. Sementara sejumlah utang politik pada periode tiga tahun menggantikan Gus Dur, dianggap makin tidak menjadi isu politik yang menjatuhkan atau apalagi mengangkat namanya.

Rival Capres RI 2014 dapat memandang pencalonan Megawati sebagai kekuatan politik yang sedang hanya menjaga antiklimaks perjuangan PDIP. Justeru, pertimbangan dukungan kepada Puan, sang puteri, dapat memiliki daya greget yang baru dan menjadi rival yang lebih berarti. PDIP dapat memulai hal yang baru, di bawah perjuangan baru. Mungkin benar diskusi warung kopi, “Megawati is the past, not the best anymore”.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline