Lihat ke Halaman Asli

Berthy B Rahawarin

TERVERIFIKASI

Ayu Ting Ting Diusung Jadi Duta Komodo

Diperbarui: 26 Juni 2015   00:07

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humor. Sumber ilustrasi: PEXELS/Gratisography

Nampaknya masyarakat mulai melirik bintang muda Ayu Ting Ting (Ayu TT atau ATT)  - mohon ijin publik - sebagai kandidat paling pas untuk promosi Komodo ke manca negara. Sikap masyarakat itu sebagai bentuk kekecewaan atas polemik tiada henti Vote New7Wonders (N7W), yang beralamat dunia ghoib itu. Dara muda nan cantik yang terdongkrak popularitasnya lewat tembang Alamat Palsu itu, dipertimbangkan sebagai figur paling tepat dari seluruh aspeknya. Satu yang pasti, meski menyanyikan lagu tersebut, ATT memiliki tempat tinggal jelas, sejelas Komodo. Publik jaminannya.

Mengapa ATT? Catatan popularitas dirinya hampir pasti dikenal pejabat yang doyan musik dangdut. Pekerja keras dan keringat sendiri adalah kehormatan dirinya. Keajaiban popularitas Ayu Ting Ting dapat ikut mendongkrak kecintaan kaum muda pada Komodo, sebelum makhluk langkah itu benar-benar mendunia. Dangdut ATT pun bukan sekedar dangdut dan goyangan. Ada sesuatu yang dimiliki dara berparas manis itu.

ATT tentu memiliki domain publik yang jelas. Selain memiliki penggemar fanatik yang akan turut memobilisasi keteneran dan kekaguman dunia internasional akan Komodo, orang akan bangga bermitra dengan ATT. Bahkan, kalau “dituding” bahwa rumah milik mereka adalah rumah ATT, misalnya, mereka berbangga hati. Atau, wajahmu koq mirip Ayu TT, semuanya adalah kebanggaan, karena adanya suatu kepastian akan persona dan pesona ATT. Demam ATT tidak akan dicemburui Komodo, karena beda domain.

ATT sendiri akan jelas dengan senang hati mau mempopulerkan Komodo, yang ber-ktp Pulau Komodo, di Nusa Tenggara Timur (NTT), Indonesia itu. Fans ATT juga tidak akan tinggal diam, sebaliknya akan mati-matian mendongkrak sukses kampanye Komodo, seperti bintangnya. Karena membayangkan Komodo, para fansnya akan berimajinasi dengan remaja sukses dari kemandirian itu. Hanya, semua itu bila ATT benar-benar mendapat formalisasi legal berupa sepucuk surat kerja-sama. ATT bukan volunteer. Bahkan kalaupun demikian, sejak awal jelas mengaturnya dalam draf kesepakatan. Ini soal kebanggaan akan ATT harus memiliki dasar-dasar legal formal yang jelas.

ATT juga tidak akan bingung, misalnya, Pulau Komodo dimasukkan ke data digital. Karena, pulau Komodo sudah ada sebelum Era Digital. Komodo memang ber-ktp pulau Komodo, meski kadang ke pulau ‘kahyangan’ Bali. Di pulau Bali, Komodo tetap berwujud kadal raksasa, bukan “bayang Naga” dunia fatamorgana. Dengan “E-KTP” pun, Komodo tetap saja, ber-KTP pulau Komodo.

Tanpa dipromosikan sebenarnya Komodo sudah terkenal lewat ukiran kreatif masyarakat Bali yang telah banyak tersebar ke seantero dunia. Sekarang kalau tiba-tiba seolah Komodo mendadak jadi terkenal, itu karena penyelenggaranya datang dari dunia yang lain. Semua ingin ikut tampil. Cemoohan masyarakat, bahwa Komodo malah hanya “tempelan” untuk mengkomersialkan nasionalisme masyarakat, jangan disalahkan. Itu konsekuensi dari kecerobohan yang punya perhelatan saja.

Duta impian Komodo ATT tidak akan salah alamat. Jika ke Pulau Komodo, ATT pasti berjumpa dengan sejumlah kadal raksasa. Kadal-kadal itu makin dikenal, tidak oleh sebuah mismanajemen hingga mis- mis- yang lain. Ini kekeliruan fatal, seperti memaksa Komodo harus disebut Kodok. Ini bukan sekedar "mistounge" misalnya.

N7W sekarang diyakini Komodo, eh, tim pendukung salah satu favorit kandidat Duta Komodo ATT, sebagai beralamat palsu. Masyarakat NTT juga (harap) yakin hal itu. Tembang Alamat Palsu yang dipopulerkan ATT, sebuah hikmah hidup yang tidak lagi sebatas lagu.... Di Era Digital, koq beralamat palsu.

PS: Ditempatkan dalam kolom "HUMOR", meski bermakna...

Illustrasi: unduh Google




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline