Lihat ke Halaman Asli

Berta Niken

Niken adalah Guru di salah satu Sekolah di Provinsi Lampung

Balas Dendam atau Memaafkan? Sebuah Pilihan

Diperbarui: 14 April 2022   22:11

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dok.Modal rakyat 

Pada kehidupan di dunia ini, sebagai mahluk sosial tentunya kita banyak berhubungan dengan orang lain. Pada hubungan tersebut baik antar personal maupun dengan kelompok tak luput dari gesekan dalam membina suatu hubungan atau pun komunikasi  yang baik.

Ketika ada sesuatu gesekan bisa jadi ada pihak yang merasa disakiti  hatinya, sebagai manusia kita biasanya akan memiliki dua respons ketika disakiti yaitu balas dendam atau memaafkan.

Rasa sakit yang dirasa sebagai respon atas apa yang telah dilakukan orang lain terhadap diri kita, biasanya memang memicu untuk balas dendam. Hal ini dilakukan guna mendapat suatu keadilan, namun, ketika seseorang membalas dendam, yang didapat adalah suatu kepuasan sesaat, namun luka dan rasa sakit yang terlanjur tertoreh tidak hilang bahkan mungkin semakin bertambah.

Selanjutnya bagaimana dengan pilihan untuk memaafkan ? memang cara ini sangat susah dilakukan, sebab rasa sakit dan pedih yang diterima mungkin saja begitu dalam. Terkait dengan ego, kita harus bisa menurunkan ego agar bisa memaafkan seseorang, bahkan sebelum orang yang menyakiti kita meminta maaf.

Memaafkan memang tidak mudah namun hal ini sebagai  upaya untuk menyembuhkan luka tersebut, perasaan terasa lebih tenang tanpa ada amarah setelah memaafkan, berdamai dengan diri sendiri merupakan salah satu upaya untuk menenangkan hati yang berada dalam kondisi amarah.

Berangkat dari yang dialami oleh penulis, dimana penulis pernah disakiti begitu mendalam, sebenarnya bukan hal yang sulit untuk balas dendam dan menjatuhkan orang yang telah menyakiti tersebut. Namun dengan pemikiran yang mendalam penulis berusaha memaafkan dan menghapus rasa sakit hati tersebut.

Tidak mudah memang, disaat memilih pilihan untuk memaafkan dan penulis pernah di fase depresi ketika mengalami peristiwa yang cukup menyakitkan tersebut. Namun demikian penulis berusaha untuk menenangkan diri dan berusaha memaafkan meski terasa begitu berat.

Balas dendam hanya memuaskan hati dalam jangka pendek saja, namun memaafkan mempunyai efek yang menenangkan secara jangka panjang.

Memaafkan selama ini sering artikan sebagai lambang kekalahan. Sering ada anggapan bahwa dengan membalas dendam, maka kita bisa menyembuhkan rasa sakit kita dengan  menghukum orang yang telah menyakiti.

Padahal sebenarnya hal itu , justru  akan membuat luka batin kita semakin sakit karena kita  mengulas nya terus menerus, memikirkannya mencari celah dan upaya untuk balas dendam, begitu menyita waktu dan perasaan, menyiksa diri terus menerus.

Memaafkan adalah fase dimana kita berhenti untuk memikirkan dan membahas secara terus menerus pada diri sendiri mengenai apa yang terjadi, apa yang dilakukan orang lain tersebut, bagaimana kita terluka, dan hal-hal yang menimbulkan luka hati kita.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline