Lihat ke Halaman Asli

Jarimu Bisa Menerkammu

Diperbarui: 21 Desember 2018   17:46

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dokpri

Jarimu bisa menerkam mu, bak Harimau yang sewaktu- waktu bisa mengoyakmu. Seringkali kita membaca ungkapan "Jarimu Harimau Mu" tidak salah memang karena dengan satu atau dua jari kita yang digunakan menulis hal yang tidak bijak bisa saja menjadi Bumerang bagi kita sendiri. 

Mulutmu harimaumu sudah usang saat ini, justru jejak dari jari sebagai Harimau buas melalui berbagai media sosial mudah ditelusuri jejaknya dan bisa dipakai sebagai bukti."Saring sebelum Sharing"  ini adalah hal yang tepat untuk mengantisipasi Terkaman Harimau di jari. 

Dunia saat ini sudah serba canggih dimana setiap informasi dengan mudah didapat, mengalir dan menyebar dalam hitungan detik melalui berbagai media sosial berbasis aplikasi. Jari kita tentunya sangat berperan dalam membuat,  menerima dan menyebar informasi tersebut. Sekali klik dengan Jari informasi bisa tersebar kemana-mana dan ke siapa saja.

Era kebebasan saat ini ada di depan mata kita dimana kita bebas mengakses dan membagikan apapun melalui media sosial. Namun ternyata banyak diantara kita yang kurang bijak menyikapi sehingga seringkali kebablasan dalam penggunaan Media sosial. Banyak yang tidak menelusuri kebenaran berita yang meluncur deras masuk melalui media sosial. 

Akhirnya berita yang belum tentu ada kebenaranya ikutan dibagikan menjadi berita Hoax yang meresahkan. Tanpa disadari kita ternyata menjadi bagian dari unsur keresahan itu.

Akhirnya menjadi sebuah ironi, dimana bom waktu yang berisi sampah Media Sosial siap meledak sewaktu- waktu dan bisa jadi si penerima dan si penyebar juga akan merasakan dampak Meledaknya Bom Sampah Media Sosial yang ikut dibuatnya.

Seperti yang marak beberapa waktu lalu, bahwa penculikan anak dan penjualan organ manusia tengah mengintai kita. Tanpa menelusuri kebenaranya dengan mudahnya ikut- ikutan klik berita sampah di Media sosial dan membagikanya ke teman di Medsos dan grup yang diikuti. 

Mirisnya si penyebar justru merasa bangga karena berperan sebagai penyebar berita yang belum tentu kebenaranya, bahkan ikut menulis berita yang belum tentu benar. Ketika keresahan timbul di Masyarakat akhirnya sang penerima dan penyebar juga ikut resah dan ketakutan.

Setiap orang seakan bebas berbicara, curhat, mencela, menyindir, mengolok, mengadu domba di media. Jika saat Zaman Kompeni dulu jelas musuhnya siapa, namun kita saat ini hidup di alam kemerdekaan dimana teman yang tersinggung bisa saja jadi lawan yang menjatuhkan dan menyeret ke ranah hukum. Semua itu diawali dari sentuhan jari yang kadang tidak kita sadari.

Mari kita bijak dalam bermedia sosial jadilah penyebar- penyebar kebaikan. Saring, pilih dan pilah sebelum Sharing. Bermedia sosial yang bijak  bisa menjadikan kita agen - agen kebaikan, bukan agen - agen keburukan yang menebar keresahan. Mulai dari diri kita sendiri , ingat kata- katamu mencerminkan siapa dirimu dan jarimu bisa menerkam mu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline