Lihat ke Halaman Asli

BPJS Tak Berlaku di Kampung Kami

Diperbarui: 24 Juni 2015   01:53

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

BPJS tak berlaku di Kampung Kecil

Apalah artinya selembar kartu jaminan kesehatan, jika kami masih harus berangkat ke Rumah Sakit yang lebih baik fasilitasnya. Sudah barang tentu bahwa JKN tidak mendukung biaya ke Pontianak, ke Jakarta dan seluruh akomodasi dan transportasi selama di sana? Itulah mengapa BPJS tak berlaku di kampung kami yang kecil ini. BPJS hanya berlaku di kota besar, di mana Rumah Sakit megah nan indah.

Belum lagi soal ketepatan waktu, daftar jam 08.00 dilayani jam 11.00, bahkan ada yang baru dilayani jam 14.30 WIB. Bukan karena tidak disiplin, namun jumlah dokter di poli tak memadai. Lihatlah bagaimana para pasien harus menunggu lebih lama. Setelah menunggu, dan bertemu dokter. Sang Dokter berkata “ini berat, harus dirujuk ke Pontianak, terbayanglah sejumlah biaya harus disiapkan dengan pertanyaan “sampai kapan” yang belum bisa dipastikan.

Sesampai di Pontianak, lagi – lagi harus menelan pil pahit; penanganan untuk dapat jadwal tindakan bisa sepekan atau dua pekan. Tinggal dimana? Makan apa? Menjadi pertanyaan banyak orang miskin di kampung kecil.

Jika boleh meminta, hapus saja BPJS untuk kampung kami ini; dan berikan dana tersebut untuk membangun rumah sakit yang besar, fasilitas dan tenaga kesehatan yang mumpuni. Akhirnya kami tak perlu terlalu jauh melangkahkan kaki.

BPJS, Rokok dan Kemiskinan Kita

Harus diakui kejujuran kita soal miskin dan tidak miskin, soal mampu dan tidak mampu. Rasa-rasanya memang harus jujur dikatakan bahwa kita punyai hati agak jarang jujur jika ditanya soal ketidakmampuan. Lihatlah bagaimana dengan hembusan asap rokok yang membumbung tinggi di ruang tamu rumahnya, si tuan rumah terlihat mengeluh soal ketidakmampuannya membayar premi BPJS setiap bulan. Bagaimana mungkin pria ini begitu rela membeli rokok setiap hari, namun tak mau dan berkata tak mampu soal iuran premi BPJS.

Satu teguran keras saya kira, jika ada peserta BPJS yang dibantu pemerintah memperlihatkan tanda- tanda mengeluarkan biaya rumah tangga untuk sesuatu yang tidak ada manfaatnya sama sekali, semisal rokok. Dan tentu saja beberapa pengeluaran lainnya.

Mari kita hitung perokok kelas sedang ketika merokok, 1 bungkus untuk dua hari. Artinya 15 bungkus dalam satu bulan, dengan harga 10.000,00, didapatlah angka 150.000,00 rupiah yang sejatinya bisa dipakai untuk keperluan yang lebih manfaat. Penyebab kemiskinan itu bisa jadi karena ini, karena salah atur prioritas dalam pengelolaan keuangan rumah tangga.

Menghitung Taksi dan Mengukur Keperdulian Kita

Ini hanya penafsiran kemanusiaan saja, saya berhitung soal berapa dana yang bisa dikeluarkan oleh masyarakat Sambas untuk taksi. Sebut saja dalam satu hari terjadi 20 kali keberangkatan dari semua taksi dari Sambas ke Pontianak, dengan asumsi 5 penumpang. Hitungannya demikian : 130.000 x 5 = 650.000,00 x 20 taksi = 13.000.000,00, kemudian dikali 30 hari dalam hitungan normal, 30 x 13.000.000,00 = 390.000.000,00 (Tiga Ratus Sembilan Puluh Juta Rupiah) selama satu bulan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline