Lihat ke Halaman Asli

Yakin Mau Megawati-JK Sebagai Pemimpin?

Diperbarui: 23 Juni 2015   22:21

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Sebelum ada yang protes dengan judul artikel, saya tahu bahwa pasangan capres-cawapres dari koalisi PDIP adalah Jokowi sebagai capres dan JK sebagai cawapres; tapi bila mereka terpilih, adakah yang percaya bahwa Jokowi si ndak tahu; ndak mikir; ndak urus; ndar mudeng; ndak ngerti bisa mengendalikan JK yang menciptakan matahari kembar ketika berpasangan dengan SBY yang berpangkat jenderal? Saya berharap anda tidak senaif itu, presiden de facto adalah JK; sementara Jokowi hanya presiden de jure atau presiden secara hukum seperti dia gubernur dan walikota de jure namun yang menjadi gubernur dan walikota de facto adalah wakil-wakilnya, FX Hadi dan Ahok.

Perhatikan baik-baik anggota koalisi PDIP, selain PKB, semuanya berporos kepada JK yang sudah menunjukan keinginan untuk nyapres lagi sejak tahun 2009 dengan menggunakan perahu PMI agar tetap exist tapi pada akhirnya tidak melaksanakan programnya di PMI seperti membangun bank darah. Yang membawa Jokowi ke Jakarta adalah JK, donatur Jokowi seperti Edward Soerjadjaja adalah rekan JK di Astra; Surya Paloh adalah pendukung JK sejak di Golkar; Wiranto adalah cawapres JK pada pemilihan presiden tahun 2009; Luhut Panjaitan yang sangat ingin Golkar berkoalisi dengan PDIP adalah orang JK.

Lantas kenapa dengan JK? Bukankah dia "otak" di balik kebijakan ekonomi SBY tahun 2004 - 2009? Tidak benar, buktinya SBY tidak berpasangan dengan JK malah ekonomi dan PPP kita naik signifikan setiap tahun. "Prestasi JK" saat itu hanya hasil pencitraan menyebabkan suasana kabinet menjadi sulit berjalan; dan lagipula JK lebih banyak membuat kebijakan menguntungkan perusahaan keluarga, misalnya pengadaan helikopter bencana pasca tsunami malah dibeli lewat PT Air Transport Services yang terafiliasi ke Bukaka milik Kalla; proyek jalan tol trans Jawa juga menguntungkan PT Lintas Marga Sedaya milik PT Bukaka Teknik Utama; Pembangkit Listrik Tenaga Batu Bara berkapasitas 10 ribu megawatt juga melibatkan PT Bukaka Tekni Utama dan lain sebagainya.

Silakan pakai logika, menurut informasi Sabam Sirait sesepuh dan pendiri PDIP, mahar JK untuk menjadi cawapres adalah Rp. 10trilyun, menurut anda dengan rekam jejak sebelumnya akankah dia memberi proyek pemerintah kepada perusahaan keluarga untuk mendapatkan modal kembali? Tidak ada makan siang gratis di dunia ini.

Masalah lain adalah tujuan reformasi diadakan adalah supaya presiden dan wakil presiden kita mengalami regenerasi sehingga tokoh tidak dikuasai capres-capres tua dan itu-itu saja. Mau dilihat dari sisi apapun JK adalah tokoh tua, umur dia sudah 72 tahun dan bila terpilih lima tahun mendatang berusia 77 tahun, usia di mana Presiden Soeharto mempertimbangkan untuk pensiun dengan serius; usia di mana menurut para pembantu lamanya Presiden Soeharto sudah tidak secemerlang dulu, sering membuat keputusan yang salah, cepat lelah lebih emosional, sering marah-marah dan mulai sering sakit-sakitan. Pada usia ini Lee Kuan Yew, Perdana Menteri terbaik di Singapura sudah pensiun dari jabatannya walaupun bila diminta masih memberi nasihat kepada kabinet.

Salah satu alasan munculnya reformasi adalah karena generasi muda tidak mau mempunyai pemimpin tua, dan karena itu mereka menuntut regenerasi. Bila kita memilih paket Jokowi-JK yang mana kita tahu Jokowi hanya akan pelesiran tanpa kerja atau bila mengeluarkan kebijakan akan berasal dari Megawati karena dia hanya petugas partai dan JK yang jadi presiden de facto, maka untuk apa kita reformasi? Untuk apa ribuan manusia dibunuh; dirampok; diperkosa bila ujung-ujungnya kita kembali ke praktek lama, menolak regenerasi dan memilih pasangan tua bangka Megawati via Jokowi dan JK?

Bagaimana dengan Prabowo-Hatta Rajasa? Mereka baru berusia awal 60 tahun, usia mana JK menjadi wapres dan Presiden Soeharto berada di puncak karirnya. Prabowo Berjasa adalah pemimpin kerja bukan pemimpin pencitraan, sungguh, Prabowo memiliki spesialisasi pertanian dan peternakan karena dia Ketua HKTI, sedangkan Hatta Rajasa adalah menteri koordinator perekonomian kabinet SBY sehingga dia sudah mengetahui luar dalam sistem ekonomi dan perdagangan yang berjalan dan tinggal melanjutkan saja. Dari segi usia, pasangan Prabowo masih bisa bekerja sampai setidaknya sepuluh tahun mendatang dan saat itu mereka ada pada usia 70 tahun dan 72 tahun.

Nah, selanjutnya dari segi karakter sudah sangat jelas, padahal Prabowo-Hatta sangat terbuka, apa adanya dan tidak pura-pura. Dari awal kesepakatan dengan mitra koalisi sudah diakui akan ada pembagian kekuasaan dan pembagian kursi, hal inilah yang menyebabkan suara partai pendukung di DPR mencapai 52% yang terdiri dari Gerindra-PAN-Golkar-PPP-PKS. Bila ditambah Hary Tanoe dan gerbongnya; Rhoma Irama dan Yusril Izha Mahendra dari PBB yang barusan deklarasi mendukung Prabowo maka di atas kertas pasangan ini sangat kuat dari sisi politik dan sisi pluralisme tanpa mengorbankan nilai-nilai keindonesiaan. Pasangan ini juga sama perkataan dan perbuatan serta tidak menyukai hal-hal simbolis yang penuh kepura-puraan sekedar menipu rakyat.

Bandingkan dengan koalisi Jusuf Kalla yang mengatakan tidak ada syarat untuk bergabung dengan mereka; dan capres boneka Jokowi mengatakan kabinet mereka akan diisi oleh profesional, tapi semalam mereka justru rapat untuk membagi-bagi kursi kabinet di antara partai pendukung dan NGO pendukung. Pendukung mereka terutama Goenawan Mohamad adalah orang yang sudah lama menjual Indonesia kepada asing dan karena itu mau memasukan paham free society ala George Soros dengan mengorbankan jiwa Indonesia kita. Itu adalah fakta. Pasangan ini suka hal-hal simbolis tidak penting sekedar menipu rakyat seolah mereka merakyat, seperti naik sepeda ketika deklarasi; naik onthel ke KPU; cium bendera; "harga pakaian Jokowi" dan lain sebagainya.

Anda mau pilih yang mana? Yang bersinar karena pura-pura atau yang bersinar dari dalam dirinya?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline