Lihat ke Halaman Asli

Berny Satria

Penulis bangsa

Covid19, Jokowi Belah Durian

Diperbarui: 5 April 2020   14:55

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Berbagai pihak mulai menggebu menyuarakan karantina total atau "Lockdown" disebabkan mengguritanya wabah Covid19 yang semula diremehkan oleh pemerintah melalui pernyataan-pernyataan para wakil instansi terkait, bahwa bangsa Indonesia tidak mempan dijangkiti Virus Corona, Corona tidak tahan di iklim tropis, dlsb.

Namun kini pelan-pelan dan nyata, virus ini mulai merebak di Indonesia. Akibatnya beberapa kepala daerah mulai panik.. Dimulai dari para walikota yang nyeleneh me-lockdown daerahnya tanpa kordinasi dan izin Pemerintah pusat walau baru saja menegaskan bahwa wewenang Lockdown ada pada Pemerintah Pusat. 

Tapi dengan langkah dan pidatonya yang heroik akan menutup akses ke kotamadya nya selama 4 bulan. Walaupun belakangan sang kepala daerah menganulir pidato garangnya dengan mengangkat penghalang block semen karena disindir dan dikoreksi oleh Presiden Jokowi.

Pemerintah pusat pasti sudah memiliki penelitian semenjak Virus ini menghangat beritanya di Wuhan pada Januari 2020. Pemerintah tahu solusi untuk menghadapi virus adalah dengan mengkarantina total Indonesia. Tidak ada cara lain untuk melawan Pandemic (wabah yang mendunia), selain dengan membatasi lalu lintas manusia sebagai pembawanya.

Namun pertimbangan-pertimbangan ekonomi, sosial, politik, lebih memberatkan menghalangi pengambilan keputusan untuk karantina Total. Sebab ongkos ekonomi karantina Total atau Lockdown sangat besar dan berat dijalankan. Namun bukankah menurut Presiden keselamatan bangsa diatas segalanya, menjadi prioritas utama?

Jika semenjak Januari 2020 negeri kita sudah di Lockdown, maka korban terinfeksi dan mati akan sangat minimal, dan wabah ini mungkin sudah berlalu karena tidak menular dan tidak berkembang di negeri ini.

Para pengambil keputusan seperti bermain judi koplok (permainan dadu yang ditutup mangkok), bisa ya tapi yang paling sering tidak. Siapa tahu virus ini bisa dihindari dengan keberuntungan posisi tropis yang menurut suara-suara yang berseliweran di telinga pengambil keputusan, dapat hilang karena tidak tahan panas.

Awalnya menteri Kesehatan mengatakan bahwa masker tidak diperlukan bagi orang yang sehat, hanya bagi orang yang sakit wajibnya. Namun belakangan, sang menteri sendiri yang menggunakan masker ketika di wawancara di media televisi.

Bahwa virus Cov-2 ini tidak tahan hawa panas sehingga akan cepat mati pada suhu 26-27 derajat Celcius, demikian kata sang pejabat. Namun WHO dalam situsnya Myth busters menyatakan bahwa virus Corona tidak akan mati walau kita berjemur pada suhu 25 derajat atau lebih. 

Bisa jadi sang pejabat meneruskan seruan Donald Trump sang presiden AS yang menyatakan pada 11 Februari lalu bahwa virus ini akan mati di tempat yang panas dan akan hilang di bulan April. 

Walhasil hari ini Amerika serikat adalah ladang Pandemic yang paling subur dan paling banyak korban terinfeksi diseluruh dunia. Amerika berhasil menjadi The great again (in Cov-2), sesuai kampanye Trump dahulu. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline