Lihat ke Halaman Asli

Berny Satria

Penulis bangsa

Idealisme 3 Murid HOS Cokroaminoto

Diperbarui: 6 Juni 2016   13:42

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="sumber: file sahabat"][/caption]

Sebuah idealisme dapat membakar semangat para pejuangnya untuk dapat mencurahkan segala daya upaya maupun keuangan demi mencapai tujuan idealismenya. Harta, waktu, kemampuan skill, bahkan keselamatan diri siap dikobankan demi tercapainya tujuan idealisme.

SEMAOEN

Sekitar tahun 1914 komunisme pernah masuk di Indonesia dengan tawaran idealisme yang begitu memikat rakyat. Ia menjanjikan kepada rakyat -yang sedang dilanda kemelaratan sosial ekonomi- dengan pemerataan kesejahteraan yang dikoordinir oleh komunisme. 

Tawaran itu banyak diamini oleh rakyat yang memang sedang digerus oleh ketimpangan sosial yang diciptakan oleh para penjajah dahulu. Bayangkan, seorang rakyat jelata dijanjikan bisa menikmati kesejahteraan sosial yang jauh dari jangkauannya. Bahkan seorang buruh tani dapat merasakan megahnya fasilitas pabrik-pabrik yang dikelola dengan sistem komunisme.

Namun idealisme komunisme ternyata dapat dipatahkan dengan pernyataan bahwa komunisme itu anti agama. Padahal salah satu murid dari HOS Cokroaminoto –Semaoen, pernah mendirikan SI Merah, Syarekat Islam Merah (haluan komunis). Sebuah organisasi Islam yang mengadopsi sistem sosialis-komunis sebagai idealismenya. Begitupula dengan presiden Rusia –Valadimir Putin- adalah seorang Kristen Ortodoks yang taat.

Pada 23 Mei 1920, Semaoen mengganti Indische Sociaal-Democratische Vereeniging, organisasi sosial demokrat Hindia Belanda (ISDV) menjadi Partai Komunis Hindia. Tujuh bulan kemudian, namanya diubah menjadi Partai Komunis Indonesia (PKI) dan Semaoen sebagai ketuanya. Namun karena ia merencanakan demonstrasi besar-besaran buruh kereta api dan Trem Surabaya (VSTP) terhadap pemerintah Belanda, ia diasingkan ke Belanda. 

Kemudian ia hijrah ke Moscow, dimana Stalin meliriknya sebagai asset yang brilian dengan mengangkatnya sebagai Pimpinan Badan Perancang Negara (GOZPLAN). Setelah masa pengasingan, ia pun kembali ke Indonesia pada tahun 1953. Tapi ia malah ditolak oleh partai yang didirikannya.

System komunisme telah berakhir di Indonesia, sama seperti Negara Rusia dan China yang sudah menyadari bahwa komunisme tidak produktif untuk membangun rakyatnya dalam masa sekarang ini. Komunisme bukan aliran anti agama, tetapi ia sistem yang menjelma menjadi sebuah pemerintahan untuk dapat menerapkan pemerataan kesejahteraan. statusnya sama dengan kapitalisme, liberalisme, otorianisme, ataupun pancasilaisme. Pengetahuan akan system ini akan membuat kita bisa menyadari apa itu komunisme sehingga tidak salah tubruk dalam menyikapinya. 

Kalaupun akhir-akhir ini ada issue komunis bangkit kembali, itu hanyalah kabar yang dapat diperalat oleh secuil kelompok untuk tujuan tertentu. Issue komunisme kini sudah bagaikan Petasan Besar yang terendam air sampai ke merconnya. Ia besar, suaranya menakutkan, tetapi ketika dibakar tidak akan menyala dan hanya akan menghabiskan batang korek pembakarnya saja.

SEKARMADJI MARIDJAN KARTOSOEWIRJO

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline